Omicron Mulai Serang Indonesia, Sri Mulyani Malah Pede Ekonomi Kuartal IV Diatas 5 Persen

Rabu 22-12-2021,05:00 WIB

Angka pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 dipercayai Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati akan tumbuh diatas 5 persen. Optimisme itu muncul setelah varian Delta berhasil diatasi, ternyata perekonomian langsung berlari kencang.

"Momentum pemulihan ekonomi kembali menguat setelah terinterupsi varian delta. Untuk 2021, ekonomi diperkirakan tumbuh 3,5-4 persen dan pada kuartal IV tumbuh di atas 5 persen karena akselerasi yang kuat," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita periode Desember 2021, secara virtual, Selasa (21/12).

Sri Mulyani menyatakan, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran. Menurut Sri Mulyani, sinyal kebangkitan konsumsi rumah tangga terlihat dari data Mandiri Spending Index.

"Kalau kita lihat Mandiri Spending Index, masuk ekspansi yang kuat," ungkapnya.

Investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan bakal tumbuh tinggi. Hal itu bisa dilihat dari impor yang melesat terutama untuk bahan baku/penolong dan barang modal, cerminan industri dalam negeri yang meningkat.

Konsumsi listrik industri dan bisnis juga tercatat tumbuh tinggi. Meski demikian, Sri Mulyani juga mencatat sederet ancaman terhadap perekonomian Indonesia.

Tak hanya vasian omicron covid-19, tapering bank sentral Amerika Serikat (AS), hingga persoalan rantai pasok di China juga disebut menjadi tantangan.

"Kita waspadai ekonomi terutama dari dinamika global," tuturnya.

AS alami inflasi tertinggi sepanjang sejarah, dengan realisasi terakhir 6,8 persen. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan AS dalam mendorong perekonomian.

Dalam waktu dekat akan dilakukan pengurangan stimulus lebih besar dari yang diperkirakan dan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga acuan di tahun depan.

"Hal ini sebabkan gejolak di pasar keuangan beberapa minggu terakhir," ungkapnya.

Sementara itu, aliran modal mengalir deras keluar (outflow) dari Indonesia dalam sebulan terakhir/ Hal ini berdampak terhadap kondisi nilai tukar rupiah.

Selanjutnya adalah China. Beberapa waktu lalu kondisi China sudah mulai membaik seiring respons oleh pemerintahan XI Jinping. Akan tetapi Sri Mulyani melihat masih ada risiko dari sisi inflasi, seiring belum membaiknya kondisi rantai pasok.

"Ini Harus kita lihat secara seksama," tegasnya.

"Maka dari itu yang harus kita waspadai pada saat masuk 2022. Dinamika ekonomi global baik ekspor impor, inflasi, nilai tukar rupiah dan komoditas," pungkasnya. (git/zul)

Tags :
Kategori :

Terkait