Bukan Hanya untuk Politikus, Buzzer Juga Disebut Termasuk Politisi Lele

Jumat 06-08-2021,09:00 WIB

Seruan moral PP Muhammadiyah soal adanya poltisi lele yang kerjanya memperkeruh suasana, mendapat reaksi beragam. PAN sepakat dengan seruan itu.

Bahkan diakui memang masih ada saja pihak yang hanya memperkeruh suasana di masa pandemi COVID-19 ini.

"Pada prinsipnya PAN sepakat dengan apa yang disampaikan Mas Mu'ti. Karena betul banyak sekali pihak dalam kondisi pandemi membutuhkan banyak dukungan. Tapi ada pihak-pihak yang melakukan upaya gerakan menyampaikan narasi yang memperkeruh suasana," tegas Sekjen DPP PAN Eddy Soeparno di Jakarta, Kamis (5/8).

Menurutnya, anggapan politisi lele itu bukan hanya untuk politikus. Buzzer-buzzer juga termasuk di dalamnya.

"Tidak terbatas pada politikus saja. Bisa juga masyarakat biasa. Dalam hal ini adalah buzzer-buzzer," imbuhnya.

Dia mengajak semua pihak meredam hal-hal negatif di masa pandemi. Seluruh elemen diminta saling bergotong royong bekerja sama. Tujuannya agar Indonesia keluar dari permasalahan akibat pandemi Corona.

"Dalam kondisi pandemi, kita kedepankan rasa husnuzan. Yaitu berbaik sangka. Kita padukan seluruh energi positif yang ada di masyarakat. Karena kita butuh energi itu untuk bisa bersama-sama, bergandengan tangan, dan bersama sama keluar dari pandemi COVID-19," pungkasnya.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyatakan masyarakat harus mewaspadai adanya politisi lele. Istilah itu berasal dari Buya Syafi'I Ma'arif.

Sifat politisi lele senang memperkeruh suasana dan mengadu domba di masa pandemi COVID-19. Ketua DPP PPP, Achmad Baidowi pun menilai seruan Muhammadiyah tersebut sebagai bentuk simpati.

"Bahwa sejatinya di era pandemi ini, semuanya harus bahu-membahu dan saling mendukung, saling menguatkan untuk mengatasi COVID. Tidak hanya Indonesia. Semua negara di seluruh dunia juga terdampak," uajr Baidowi di Jakarta, Kamis (5/8).

PPP, lanjutnya, sepakat dengan imbauan Muhammadiyah. Menurutnya, politisi lele kerjanya hanya memicu perpecahan bangsa.

"Oknum politisi lele ini justru semakin memicu adanya perpecahan bangsa. Mereka berselancar dan mengadu domba satu sama lain," imbuhnya.

Sifat politisi seperti itu hanya sembarang mengkritik. Tidak berdasarkan data. "Tentu saja politisi lele berbeda dengan sifatnya kritik by data," tukasnya.

Seperti diketahui, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyatakan masyarakat harus mewaspadai adanya politisi lele. Istilah itu berasal dari Buya Syafi'I Ma'arif.

Menurutnya, sifat politisi lele senang memperkeruh suasana dan mengadu domba di masa pandemi COVID-19. (rh/zul/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait