Boleh dikata, ketika Sang Suami memberikan pinjaman tersebut, hatinya gembira. Juga dengan perasaan pasti akan dibayar.
Pasangan pribumi Minang-Palembang itu memang sangat dekat dengan Heryanti yang Tionghoa. Termasuk dengan salah satu kakak Heryanti yang bernama Agwan.
Saking dekatnya sampai mereka punya usaha bersama. Kelak akan saya ceritakan bentuk usaha mereka itu.
Bagaimana mereka bisa berteman dekat?
"Heryanti itu orangnya sangat baik. Kami tidak merasa dia itu Tionghoa. Dia juga tidak merasa kami ini pribumi. Hubungan kami tidak tersekat soal ras. Heryanti itu sudah seperti pribumi," ujar Si Cantik kepada saya.
"Jadi uang Rp2 triliun itu ada?" tanya saya.
"Ada. Mungkin paling lambat Senin lusa cair," jawabnya.
"Dari mana Anda tahu Senin bisa cair?"
“Saya baru saja telepon Heryanti. Dia bilang begitu," jawabnya.
"Jadi Anda bisa terus telepon ke Heryanti?"
''Bisa. Tidak ada masalah. Tadi malam pun saya telepon dia," jawabnya.
"Bagaimana Anda bisa begitu optimistis uang itu pasti cair?"
“Saya percaya dia. Dia bilang begitu," jawabnya lagi.
"Tapi dulu pun dia kan juga sering bilang ''bulan depan'' atau ''minggu depan'' ..."
"Iya sih. Tapi kali ini bicaranya kan dengan kapolda. Mana bisa sembarangan," jawabnya.
Bahwa utang itu belum terbayar, katanya, bukan karena dia tidak mau membayar. Uangnya ada. Tapi masih di bank di Singapura.