Dua minggu kemudian Wuhan di-lockdown total. Dengan sebenar-benar lockdown. Tidak peduli bahwa hari itu tepat hari raya terpenting negeri itu: Imlek.
Lalu seluruh provinsi di lockdown. Kemudian seluruh negara.
Tiga bulan negeri itu sangat menderita. Kita ikut simpati. Kita membayangkan betapa parahnya keadaan di sana. Kita sampai kirim doa: Jia You Wuhan!
Semua pabrik tutup. Semua restoran tutup. Apa pun tutup –kecuali rumah sakit.
Ekonomi Tiongkok digambarkan seperti akan bangkrut.
Lockdown itu berhasil membuat penyebaran virus terhambat. Lalu berhenti. Sampai sekarang jumlah penderita Covid-19 di sana seperti berhenti di angka 87.000. Dengan total meninggal dunia: 4.600.
Bandingkan dengan kita. Yang dulu begitu kasihan kepada Tiongkok. Angka kita sekarang ini: 750.000 (yang terkena Covid) dan 22.000 (yang meninggal).
Belum lagi kalau dibanding dengan negara barat seperti Amerika dan Eropa.
Sampai sekarang memang masih ada penderita baru di Tiongkok. Tapi angkanya hanya 25 atau 15 orang/hari. Dari 1,3 miliar penduduk. Pun sudah tidak pernah ada yang meninggal dunia.
Bahwa masih ada angka baru, itu pun semuanya akibat virus impor.
Boleh dikata sudah tidak ada Covid-19 di Tiongkok. Sejak tiga bulan lalu. Juga sudah sedikit yang pakai masker –kecuali yang punya sikap hidup hati-hati. Memang sempat heboh minggu lalu: wabah menggawat lagi di Beijing. Sumber beritanya dari Turki. Ternyata itu tidak benar. Di sana tetap masih aman.
Kota-kota sudah kembali hidup normal. Tidak ada lockdown baru.
Minggu ini vaksinasi juga mulai dilakukan di sana. Sama dengan negara lain: tenaga kesehatan didahulukan.
Hanya di Tiongkok, yang juga diprioritaskan adalah petugas pelabuhan dan bandara. Juga tenaga transportasi laut dan udara.
Itu karena ancaman Covid-19 ke depan datangnya dari virus impor. Terutama lewat daging dan ikan beku. Lebih utama lagi lewat salmon beku.
Yang masuk prioritas lainnya adalah: pengusaha dan tenaga kerja yang akan berangkat ke luar negeri. Sejak tiga bulan lalu pun kelompok ini sudah diizinkan vaksinasi secara darurat. Semua yang akan ke luar negeri bisa mengajukan permohonan vaksinasi. Permohonan diajukan sebulan sebelum jadwal keberangkatan. Itu agar mereka sempat disuntik dua kali –selang tiga minggu.