5 Mitos Makanan yang Nyeleneh, Warga Tegal Masih Kerap Percayai Ada yang Bisa Bikin Sulit Dapat Jodoh

5 Mitos Makanan yang Nyeleneh, Warga Tegal Masih Kerap Percayai Ada yang Bisa Bikin Sulit Dapat Jodoh

Mitos Makanan yang Nyeleneh--

radartegal.id - Ada beberapa mitos makanan yang nyeleneh di Indonesia yang jarang diketahui oleh banyak orang. Apalagi hal ini masih dipercaya oleh beberapa kalangan orang khususnya generasi 90 an.

Oleh karena itu, jika Anda penasaran dengan mitosnya bisa simak artikel radartegal.disway.id ini sampai akhir ya. Kami akan berikan beberapa mitos makanan yang nyeleneh yang dapat Anda ketahui artinya.

Namun jika dicerna dengan akal sehat, mitos makanan yang nyeleneh tidak ada penjelasannya secara ilmiah. Karena itu ada beberapa orang yang masih tidak percaya akan hal tersebut.

Berikut daftar mitos makanan yang nyeleneh yang dapat Anda ketahui sebelum memakannya. 

BACA JUGA: 4 Pantai yang Kental Mitosnya di Indonesia, Konon Ada Penampakan Sosok Hingga Gangguan Gaib

Mitos makanan yang nyeleneh

1. Pantat Ayam (Brutu)

Pantat ayam atau yang dikenal dengan Brutu menjadi bagian daging ayam yang banyak disukai banyak orang. Meski demikian ada mitos yang menyebutkan bahwa memakan brutu akan menyebabkan pikun.

Hal ini jelas tidak benar, kerana memakan brutu (bagian pantat ayam) tidak akan membuat pikun seseorang. Mitos ini hanya dibuat oleh para orang tua agar anak-anak mereka tidak memakan brutu ayam, yang mana menjadi makanan kesukaan para orang tua.

2. Memakan Buah Lamaran

Memakan buah lamaran menjadi kepercayaan yang beredar di masyarakat yang menyebutkan orang yang mendapatkan jodoh akan dipertemukan jodohnya. Mitos ini biasanya dikaitkan dengan simbolisme kesuburan dan keberuntungan yang terkandung dalam buah-buahan dan kue-kue lamaran.

BACA JUGA: Mitos Lelembut Tanah Jawa, Kental dengan Keindahan Alam yang Terselimuti Beragam Cerita dan Misteri

Padahal secara ilmiah tidak ada bukti yang mendukung mitos ini. Kepercayaan ini hanya kemungkinan besar berasal dari tradisi dan budaya oleh masyarakat setempat yang menghubungkasn makanan ini dengan berbagai aspek kehidupan. 

Sumber: