Menjadi Tujuan Wisata Budaya, Berikut fakta Menarik Kampung Jalawastu di Brebes

Menjadi Tujuan Wisata Budaya, Berikut fakta Menarik Kampung Jalawastu di Brebes

fakta menarik kampung jalawastu--

BREBES,radartegal.id- Kota Brebes yang terkenal dengan Bawang merah dan telor asin ini ternyata memiliki perdesaan yang menarik banyak perhatian yakni Jalawastu, Jalawastu  adalah sebuah kampung/dusun di Desa Ciseureuh, bagian selatan Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. 

Kampung Jalawastu yang berada di kaki Gunung Kumbang atau Gunung Sagara ini kini telah menjadi salah satu tujuan wisata budaya (wisata adat) di kota bawang Brebes. Sebagian besar warga yang ada di kampung ini masih teguh menjaga tradisi leluhur mereka, dimana seluruh rumah warga dindingnya terbuat dari papan dan beratap seng.

Kampung Jalawastu berada di pelosok, sehingga kehidupan masyarakatnya masih terisolasi dari dunia luar. Namun walaupun jauh dari peradaban modern, mereka tidak menutup kunjungan dari tamu luar dan malah menjadi agenda wisata.

Kampung Jalawastu selain dikenal dengan adatnya yang kental ternyata juga memiliki cerita -cerita menarik yang berada didalamnya. Berikut ini informasi lebih luas mengenai Kampung Jalawastu. Simak sampai selesai.

BACA JUGA: Mitos Ular Buntung Penunggu Waduk Malahayu Brebes, Konon Kerap Jadi Penolong Pengunjung yang Tenggelam

Fakta Menarik Kampung Jalawastu

Mitos Dayeuh Lemah Kaputihan

Dayeuh Lemah Kaputihan yang berarti tanah suci tempat tinggal dewa-dewi. Letaknya berada di puncak Gunung Sagara dimana tempat ini sangat disakralkan bagi warga Jalawastu sehingga ada pantangan untuk tidak berkata kotor disana.

Menurut sejarah, mitos itu ada sejak zaman Hindu saat Raga Wijaya bertapa di Gunung Sagara/Kumbang. Jadi kesana ditempuh dengan jalan kaki selama kurang lebih 6 jam dari Kampung Jalawastu.

Saat ini masih ada saja yang kesana untuk melakukan pertapaan di Gedong Sirap untuk menambah ilmu. Sebelum ke Gedong Sirap, calon pertapa akan menemui juru kunci Darsono yang merupakan warga Jalawastu, kemudian diarahkan agar berpakaian serba putih dan tidak dijahit.

Tradisi Perang Centong

Sebelum masuknya agama islam, warga mayoritas menganut keyakinan Sunda Wiwitan, dengan sang pencipta yaitu Batara Windu Buana. Ajaran Sunda Wiwitan menggambarkan kasih sayang kepada makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

BACA JUGA: Bukan Sekadar Mitos, Ini 5 Tempat Paling Angker di Brebes yang Sering Dipakai untuk Tempat Uji Nyali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: