Penjual Nasi di Kaki Gunung Slamet Tegal Ini Mitosnya Tak Akan Kaya, Gara-gara Ganggu Tirakat Sesepuh Desa

Penjual Nasi di Kaki Gunung Slamet Tegal Ini Mitosnya Tak Akan Kaya, Gara-gara Ganggu Tirakat Sesepuh Desa

Gunung Slamet di Jawa Tengah menyimpan banyak mitos dan cerita misteri.--

RADAR TEGAL - Gunung Slamet yang berada di lima wilayah kabupaten di Jawa Tengah menyimpan sejumlah misteri. Misalnya terkait mitos penjual nasi di desa di kaki gunung tertinggi di Jawa Tengah itu tidak akan pernah kaya raya. 

Mitos penjual nasi tidak akan pernah kaya raya itu, tepatnya berkembang di Desa Jejeg Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Desa tersebut merupakan salah satu wilayah yang berada di kaki Gunung Slamet.

Dari berbagai literatur asal-usul Desa Jejeg konon diambil dari nama pendirinya, yang oleh warga desa disebut sebagai Mbah Jigja. Menurut penuturan warga sekitar, sesepuh desa bernama asli Syekh Dzatul Kahfi tersebut berasal dari Pajang, salah satu kerajaan Islam yang pernah ada di Jawa.

Cerita yang berkembang menyebutkan Mbah Jigja datang ke Tegal bersama Ki Gede Sebayu, dan ditugaskan untuk mengatur perairan di Bumijawa bagian barat. Makam Mbah Jigja bisa dijumpai di Pertelon Desa Jejeg, persis di bawah dua pohon kemuning dan wuni. 

Salah seorang laskar Pangeran Diponegoro

Bagi warga Desa Jejeg, keberadaan pohon kemuning di desanya ternyata mempunyai cerita tersendiri. Ini pula yang kemudian banyak warga desa yang mempercayai Mbah Jigja berasal dari Jogjakarta, sebagai salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro.

Warga berasumsi karena di sekitar makam Mbah Jigja terdapat pohon kemuning. Sekadar informasi, pohon kemuning memang identik dengan Pangeran Diponegoro. Konon Pangeran Diponegoro pernah memerintahkan menanam pohon kemuning di tempat yang menjadi  perjuangannya.

Itulah sebabnya tempat persinggahan, basis pertahanan saat perang Jawa, dan makam-makam pengikut Pangeran Diponegoro pasti ditemukan pohon kemuning. Sebelum kedatangan Mbah Jigja sendiri, wilayah Desa Jejeg saat ini merupakan hutan belantara.

Setelah dibuka untuk permukiam warga oleh Mbah Jigja, dengan cepat tempat tersebut menjadi ramai. Apalagi tanahnya subur dan mempunyai sumber air yang berlimpah ruah. Mbah Jigja lalu diangkat menjadi sesepuh dan namanya diabadikan untuk identitas Desa Jejeg.

Mabh Jigja diyakini warga Desa Jejeg memanfaatkan dua sungai sebagai sumber pengairan yang ditugaskan kepadanya oleh Ki Gede Sebayu, yakni Sungai Kumpe dan Sungai Jaha. Di sekitar sungai, terdapat pohon jaha atau wit jaha yang sudah berusia ratusan tahun lebih.

Mitos penjual nasi tidak akan kaya raya

Sebagai desa yang memiliki sejarah panjang, terdapat mitos-mitos lokal di Desa Jejeg yang hingga kini masih berkembang di kalangan warga dan masyarakatnya. Satu yang paling unik adalah mitos jika penjual nasi di Desa Jejeg tidak akan bisa menjadi orang kaya.

Mitos tersebut konon berawal ketika Mbah Jigja sedang tirakat, untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta di sepertiga malam. Namun, tirakat yang tengah dilakukan Mbah Jigja tiba-tiba terganggu suara penjual nasi yang sedang mencuci beras.

Karena suara itu, Mbah Jigja mengira saat itu sudah pagi. Sehingga Mbah Jigja pun langsung bergegas menyelesaikan aktivitas tirakatnya tersebut. Hanya saja saat Mbah Jigja keluar rumah ternyata hari masih gelap.

Sumber: