Mitos Gunung Lokon, Benarkah Mangka Walang, Si Penyebab Gempa?

Mitos Gunung Lokon, Benarkah Mangka Walang, Si Penyebab Gempa?

Mitos Gunung Lokon-Wikipedia-

RADAR TEGAL     Mitos Gunung Lokon telah lama menjadi bagian integral dari warisan budaya dan sejarah Sulawesi Utara.

Terletak dekat Kota Tomohon, Gunung Lokon ini tidak hanya menawarkan panorama alam yang menakjubkan, tetapi juga menyimpan mitos beragam.

Dengan ketinggian mencapai 1.580 mdpl, mitos Gunung Lokon menjadi bagian penting dari narasi budaya yang diceritakan oleh masyarakat sekitar.

Berikut adalah informasi mengenai mitos Gunung Lokon yang dilansir dari kanal YouTube Legenda Senja oleh Radar Tegal. 

BACA JUGA:Benarkah Pendaki Kerap Hilang Tanpa Jejak di Gunung Ijen? Ternyata Ini Alasan di Baliknya!

Riwayat letusan Gunung Lokon

Gunung Lokon telah mengalami serangkaian letusan selama masa lalunya, yang tercatat pada tahun 1951, 1991, 2001, dan yang paling dahsyat terjadi pada tahun 2011.

Dalam bahasa setempat, nama "Lokon" memiliki arti "tua" atau "tual," yang mengandung konsep seseorang yang telah lanjut usia atau memiliki tubuh yang besar.

Mitos Mangka Walang

Penduduk sekitar telah mewariskan sebuah mitos menarik yang berkaitan dengan gunung tersebut.

Kisah mitos ini mengisahkan tentang kehidupan "Mangka Walang" dan babi-babi piaraannya yang tinggal di dalam perut gunung.

Menurut legenda, aktivitas gempa bumi terhubung dengan aktivitas Mangka Walang di dalam gunung.

Disebutkan bahwa gempa akan terjadi apabila Mangka Walang menggesekkan tubuhnya pada tiang penyangga di gua tempat tinggalnya.

Cerita mitos ini juga merinci tentang Mangka Walang yang sebelumnya hidup damai di dalam gunung sampai pasangan suami-istri, Pinontoan dan Ambil Ingan, tiba dan mengusirnya.

Akibatnya, Mangka Walang memutuskan untuk berpindah ke gua di bawah gunung, di mana ia merawat sekawanan babi hutan.

Gempa-gempa terjadi ketika babi-babi tersebut menggosokkan badan mereka pada tiang penyangga yang telah ditanam oleh Mangka Walang.

Gempa dengan magnitudo kecil dihasilkan apabila babi hutan kecil menggesekkan tubuhnya.

Sementara, gempa dengan magnitudo besar terjadi ketika babi hutan besar, dikenal sebagai "kantong", melakukan tindakan yang sama.

Kantong juga disebut sebagai penyebab gempa besar karena kebiasaannya mengorek tanah di dalam gua untuk memicu gempa.

BACA JUGA:Benarkah Mencabut Ranting di Gunung Dukuh Bisa Mendatangkan Makhluk Gaib?

Upaya menghindari gempa

Masyarakat di sekitar Gunung Lokon menggunakan berbagai suara sebagai bentuk sindiran kepada Mangka Walang, dengan harapan agar ia berhenti menggosokkan tubuhnya dan dengan demikian menghindari terjadinya gempa.

Gunung Klabat, menginginkan posisi yang lebih tinggi

Selain Gunung Lokon, terdapat Gunung Klabat yang memiliki mitos terkait.

Penghuni Gunung Klabat menginginkan tempat tinggal mereka berada pada ketinggian yang lebih tinggi daripada Gunung Lokon.

Dengan permintaan mereka, tanah dari Gunung Lokon ditambahkan ke Gunung Klabat, menjadikan Gunung Klabat sebagai puncak tertinggi.

BACA JUGA:Berani Mendaki Gunung Talang? Siap-siap Terpesona oleh Kisah Mistisnya!

Perubahan topografi dan perkembangan Gunung Klabat

Tanah yang tersisa tersebar di sekitar Gunung Lokon dan membentuk gunung-gunung lain seperti Gunung Kassey, Gunung Tatawiran, Gunung Empung, dan Gunung Batu Angus.

Seiring berjalannya waktu, gunung ini terus mengalami letusan dan ketinggiannya semakin berkurang, sedangkan Gunung Klabat menjelma sebagai gunung tertinggi di wilayah Minahasa.

Di balik megahnya Gunung Lokon, tersimpan berbagai mitos yang memperkaya warisan budaya dan keindahan alam Sulawesi Utara.***

Sumber: legenda senja