Antisipasi Puso Karena Kekeringan, Petani Padi Kabupaten Pekalongan Rela Jaga Sawah 24 Jam Demi Dapat Air

Antisipasi Puso Karena Kekeringan, Petani Padi Kabupaten Pekalongan Rela Jaga Sawah 24 Jam Demi Dapat Air

Petani berburu air hingga ke wilayah hulu sungai.-Hadi Waluyo-radar pekalongan

"Semalaman di sawah ya tidak tidur. Jika tidur, air yang dialirkan ke sawah kita akan dibobol petani lainnya untuk dialirkan ke sawah mereka," kata dia.

Menurutnya, ancaman puso sudah mulai tampak di wilayahnya. Lahan sawah sudah mengering. Padahal, tanaman padi masih membutuhkan air dalam jumlah banyak. 

"Ada petani yang ndak mampu mencari air dan ronda 24 jam di sawah. Misalnya, sawah itu diolah oleh janda. Ya mereka pasrah sawahnya kekeringan," ungkapnya.

BACA JUGA:Kenaikan Anggaran Belanja Kota Pekalongan Tahun 2024 Minim, Begini Respon Ketua DPRD

Kondisi ini, menurut Fajril, rawan memicu konflik antar petani di desa. Sebab, para petani saling berebut air untuk mengaliri area sawah mereka. 

"Rawan sekali konfliknya. Gesekan-gesekan antar petani kerap terjadi saat mengairi sawah," katanya.

Sementara itu, Kabid PSDA DPU dan Taru Kabupaten Pekalongan Budi Untoyo mengatakan, pihaknya selalu koordinasi dengan pemangku kepentingan irigasi di Kabupaten Pekalongan yaitu PSDA Taru Provinsi Jateng dan BBWS Pemali Juana. 

Untuk saat ini, perkembangan debit di masing-masing daerah irigasi yang jadi kewenangan pusat maupun provinsi terpantau masih cukup baik. Meskipun memang ada indikasi mengalami penurunan karena dampak el nino.

"Yang kurang air DI Sragi dan Tapak Menjangan Doro," katanya.  

BACA JUGA:Pegawai Koperasi di Pekalongan Gelapkan Dana Deposito Nasabah 380 Juta, Ini Modus Operandinya

Oleh karena itu, jelas dia, P3A harus berperan lebih aktif dalam memeberikan wawasan kepada masyarakat.

Bahwa pembagian air harus didasarkan pada pola tata tanam dan pola pembagian air di masing-masing wilayah, karena pemda memiliki tata kelolanya.

"Kita masih belum diberlakukan sistem gilir. Kemungkinan memasuki musim tanam dua di pertengahan nanti akan kelihatan beberapa wilayah yang harus dilakukan sistem gilir. Khususnya misalnya di wilayah susah air, di wilayah bawah atau upat-upat. Kemudian di DI Sragi itu karena ada kerusakan tanggul, sehingga optimalisasi airnya kurang terjaga dengan baik," ujarnya. *

Sumber: