Sejarah Keris di Nusantara dan Makna dari Bentuknya, Menurut Catatan UNESCO

Sejarah Keris di Nusantara dan Makna dari Bentuknya, Menurut Catatan UNESCO

Ilustrasi: Keris -id.carousell.com-

RADAR TEGAL - Keris adalah senjata tajam yang sering digunakan di kawasan Nusantara. Keris mudah dikenali karena memiliki bentuk asimetris dan bagian pangkalnya melebar. Bilahnya juga sering berkelok-kelok.

Dulu, keris digunakan sebagai senjata tajam dalam peperangan dan sebagai benda sesaji. Pada masa kerajaan Majapahit, keris menjadi senjata umum yang digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat.

Pada masa itu, setiap laki-laki berusia 12-80 tahun di Nusantara biasanya membawa keris di sabuknya ketika keluar rumah.

Penggunaan keris ini dipengaruhi oleh Kerajaan Majapahit, sehingga keris dapat ditemukan di beberapa daerah seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan.

Keris sangat berarti bagi masyarakat karena mengandung makna, pesan moral, dan simbol yang mendalam.

Keris Jawa terdiri dari tiga bagian, yaitu sarung keris, pegangan keris, dan bagian pokok keris. Setiap bagian ini memiliki nilai-nilai yang disebut "pasemon."

BACA JUGA:Candi di Magelang Ini Diberi Nama Candi Asu Sengi, Padahal yang Ditemukan Arca Lembu Nandhi

Berikut radartegal.disway.id rangkum dari berbagai sumber tentang sejarah dan makna bentuk keris:

Asal Usul Keris

Asal usul keris masih belum jelas karena tidak ada catatan tertulis tentang keris sebelum abad ke-15. Meskipun demikian, ada penyebutan tentang keris dalam prasasti dari abad ke-9 Masehi.

Saat ini, keris digunakan dengan berbagai fungsi simbolik, seperti sebagai warisan keluarga, alat sosial, senjata yang diyakini memiliki kekuatan mistis, dan barang antik.

Keris Jawa memiliki tiga bagian penting: sarung keris yang disebut warangka, pegangan keris yang disebut hulu, dan bagian pokok keris yang disebut bilah.

Pada masa itu, senjata tikam mirip dengan senjata Dongson dan India. Prototipe keris tersebut memiliki bilah yang belum memiliki kecondongan terhadap ganja (bagian di atas pesi atau pangkal), sehingga terlihat simetris.

Senjata tikam memiliki pegangan yang menyatu dengan bilahnya. Salah satu peninggalan megalitikum dari lembah Basemah Lahat, Sumatera Selatan, yang berasal dari 10-5 SM, sangat menyerupai keris.

Perbedaan bilahnya bukan terletak pada ganja (bagian di atas pangkal) melainkan pada kemiringan terhadap pegangan.

Di Candi Borobudur (abad ke-9), terdapat panel relief yang menampilkan seseorang memegang benda yang mirip keris, namun bilahnya belum memiliki kemiringan dan pegangannya masih menyatu dengan bilahnya.

BACA JUGA:Tanjakan Terangker! Hutan Sigar Bencah Semarang Terdapat Kampung Goib Misterius

Bentuk Keris

Menurut deskripsi dari UNESCO, nilai estetika sebuah keris mencakup tiga hal: dhapur, pamor, dan tangguh. Dhapur adalah istilah dalam bahasa Jawa yang mengacu pada bentuk dan model keris.

Setiap keris memiliki komposisi ornamen yang berbeda, sehingga membuatnya berbeda dari keris lainnya. Perbedaan ini menyebabkan adanya beragam nama dhapur.

Jadi, walaupun ada keris yang lurus (lajer) dan berkelok-kelok (kelok) dengan jumlah yang sama, jika memiliki ornamen atau racikan yang berbeda, maka nama dhapurnya akan berbeda pula.

UNESCO mencatat ada 40 varian dhapur dalam catatannya. Dhapur ini mencakup keris lurus (lajer) dan berkelok-kelok (kelok) dengan jumlah yang sama.

Pamor adalah pola dekorasi pada bilah keris yang muncul dari kombinasi logam yang berbeda hasil dari teknik tempa-lipat. Menurut UNESCO, tercatat ada 120 varian pamor.

Aspek tangguh merujuk pada istilah tangguh yang ditambah awalan "pe-" dan akhiran "-an" menjadi "penangguhan." Istilah ini memiliki makna sebagai proses interpretasi mengenai asal usul dan estimasi usia sebuah keris.

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Nyadran Gunung Silurah yang Berusia Ratusan Tahun, Ada Ritual Ider Desa

Pengetahuan Tentang Keris Jawa

Pengetahuan tentang keris di Jawa, keris dari masa sebelum Kediri-Singosari disebut "keris Buda" atau "keris sombro".

Keris ini tidak memiliki pamor dan memiliki bentuk yang sederhana. Keris Buda dianggap sebagai cikal bakal dari keris modern yang lebih kompleks.

Sebagai contoh, ada sebuah keris milik keluarga Knaud dari Batavia yang diperoleh oleh Charles Knaud, seorang Belanda yang tertarik pada mistisisme Jawa.

Keris tersebut memiliki relief tokoh epik Ramayana pada permukaan bilahnya dan mencantumkan angka tahun Saka 1264 (1342 M), yang merupakan zaman yang sama dengan candi Penataran.

Penelitian tentang gambaran ikonografi dan gaya ukiran pada masa Kediri-Singosari (abad ke-13 hingga ke-14) menunjukkan adanya pengaruh kuat dari India yang kemudian berkembang menjadi gaya Jawa, termasuk pada susunan kerisnya.

Demikian informasi tentang sejarah dan perkembangannya. Temukan banyak informasi tentang sejarah lainnya, hanya di radarteal.disway.id. Semoga bermanfaat.(*)

Sumber: