Kilas Balik Perjuangan Pangeran Dipenogoro, Sang Pahlawan Tanah Jawa dalam Penumpasan Penjajah

Kilas Balik Perjuangan Pangeran Dipenogoro, Sang Pahlawan Tanah Jawa dalam Penumpasan Penjajah

perjuangan pangeran dipenogoro--

RADAR TEGAL - Sosok perjuangan yang menjadi sejarah panjang bagi Indonesia khususnya tanah Jawa pastilah perang dipenogoro. Perjuangan Pangeran Dipenogoro menjadi sejarah panjang dalam menumpas penjajah di tanah jawa.

Perjuangan Pangeran Dipenogoro terkenal dengan nama perang dipenogoro. Beliau merupakan sosok pahlawan nasional yang turut melawan penjajah di tanah Jawa.

Pangeran Diponegoro adalah putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III. Nama aslinya adalah Raden Mas Ontowiryo, lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta.

Pangeran Diponegoro dikenal luas karena berhasil memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa karena terjadi di tanah Jawa. Perang ini adalah perang terbesar yang dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara.

BACA JUGA:Sejarah Singkat Keris Puputan Klungkung: Saksi Bisu dari Kisah Tragis Era Penjajahan Belanda

Perang Terjadi Selama Lima Tahun

Perang Diponegoro terjadi selama lima tahun. Pangeran Diponegoro memimpin masyarakat Jawa, dari kalangan petani hingga priyayi turut menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang.

Pangeran Diponegoro juga dibantu oleh 15 pangeran. Selain itu dirinya juga berhasil mengajak para bandit profesional yang ditakuti oleh penduduk. Perjuangan Diponegoro juga dibantu oleh Kyai Mojo yang menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.

Dalam perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.

Gua Menjadi Markas Besar

Pangeran Diponegoro pindah ke Selarong, yang merupakan daerah berbukit-bukit yang dijadikan markas besarnya. Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul sebagai tempat persembunyiannya.

Pangeran Diponegoro menempati di goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung yang menjadi tempat pertapaannya ditemani Raden Ayu Retnaningsih.

 

Serangan Belanda dengan Sistem Benteng

Belanda kemudian menyerang Diponegoro dengan sistem benteng sehingga pasukan Diponegoro tertangkap. Pada tahun 1829, Kyai Mojo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap.

Kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang.

Pangeran Diponegoro menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, lalu dipindahkan ke Makassar hingga wafat di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

Keadaaan Setelah Perang

Sumber: