Bermula dari Sepasang Suami Istri Keturunan Tionghoa, Inilah Sejarah Industri Telur Asin di Brebes

Bermula dari Sepasang Suami Istri Keturunan Tionghoa, Inilah Sejarah Industri Telur Asin di Brebes

Sejarah Industri Telur Asin di Brebes--

TEGAL, radartegal.disway.id - Membahas sejarah indsutri teluer asin yang menjadi maknanan khas daerah Brebes.

Brebes merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Brebes mencapai 1.769,62 km persegi, yantg menjadikan Brebes Kabupaten terluas di Jawa Tengah nomor 2 setelah KAbupaten Cilacap.

Berbicara mengenai makanan khas Brebes, apakah Anda tahu kalau daerah ini merupakan daerah penghasil telur asin terbesar di indonesia. Telur asin dan Brebes sepertinya tidak dapat dipisahkan, keduanya memiliki hubungtan yang saling terikat satu sama lain.

Sejarahnya telur asin bermula dari daerah ini, yang pertama kali diperkenalkan oleh sepasang suami istri keturunan Tionghoa, yang memulai bisnisnya di tahun 1959.

Oke setelah membahas sedikit mengenai Brebes dan makanan khas nya, mari kita membahas lebih rinci awal ndustri telur asin di Brebes, yang akan diterangkan dibawah ini!

Sejarah Industri Telur Asin di Brebes

Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti literatur yang menerangkan secara detail perkembangan industri telur asin di Brebes. Namun beberapa warga disana menyebutkan kalau industri ini berawal dari sepasang suami istri keturunan Tionghoa yang bernama Tjiauw Seng dan Polan Nio yang saat itu di tahun 1959 menetap di Kelurahan Brebes.

BACA JUGA:Mengenal Bioskop Subur yang Sempat Berjaya Pada Massanya di Brebes

Mulanya kedua pasangan suami istri Tionghoa itu memiliki usaha telur bebek pelari. Salah satu bebek yang memiliki nama latin Anas platyrhynchos domesticus. Hal yang mendasari telur asin di Brebes berwarna biru adalah, karena cangkang telur dari bebek pelari ini berwarna sama.

Kembali ke sejarah industri telur bebek di Brebes, dua pasangan suami istri ini memiliki ide untuk mengawetkan telur bebek itu, dikarenakan banyaknya stok telur bebek, serta mencegah agar telur bebek tidak busuk dan akhirnya terbuang.

Dengan menggunakan metode pengawetan itu, maka terciptalah telur asin yang diawetkan menggunakan garam. Pemberian garam berfungsi untuk menonaktifkan Enzim perombak pada telur bebek, agar bisa disimpan dalam waktu yang lama.

Dengan mengawetkan telur bebek itu, dapat membuang bau amis yang sangat kuat, serta membuat kualitas dari telur bebek bertahan lebih lama.

Mulanya setelah mengawetkan telur bebek menjadi telur asin, pasangan Tionghoa itu hanya memproduksi telur asin dengan jumlah yang sedikit. Namun seiring berjalannya waktu permintaan dari pelanggan bertambah banyak. 

Oleh karena itu, keduanya memperkejakan masyarakat lokal Brebes untuk membantu memenuhi permintan pelanggan, sekaligus mengembangkan industri telur asin di Brebes.

Sumber: solopos.com