300 KK Warga Lemahabang Cawitali Kabupaten Tegal Terisolasi, Ini Penyebabnya

300 KK Warga Lemahabang Cawitali Kabupaten Tegal Terisolasi, Ini Penyebabnya

PERBAIKAN - Kondisi jalan di Pedukuhan Lemahabang Desa Cawitali yang akan ditutup karena ada perbaikan rabat beton, Jumat, 2 Juni 2023.-YERI NOVELI/RADAR SLAWI-

BUMIJAWA, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Bukan rasa senang karena jalannya diperbaiki, tetapi kesengsaraan yang didapatkan. Hal itu dirasakan 330 Kepala Keluarga (KK) warga Pedukuhan Lemahabang, Desa Cawitali, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal yang terisolasi.

Hal ini akibat jalan satu-satunya menuju pedukuhan tersebut rencananya hari ini ditutup total karena dibeton. Sehingga warga terisolasi karena tidak bisa kemana-mana. 

Tidak ada akses keluar-masuk ke pedukuhan tersebut. Warga Lemahabang pun mengaku mengeluhkan kebijakan pemerintah desa yang menutup total akses jalan menuju ke pedukuhannya. 

Salah satunya Sudoyo. Dia menuturkan, warga Lemahabang melalui pihak RT sudah memberikan masukan agar semua dapat berjalan. 

Pembetonan tetap berjalan, aktivitas warga Lemahabang juga tidak terganggu. Namun, saran itu diabaikan. 

Pemerintah Desa Cawitali masih bersikukuh pembetonan jalan sepanjang sekitar 470 meter kali 3 meter harus menutup jalan.

"Kami harus lewat mana. Kami jelas terisolasi. Dengan pekerjaan beton itu, seperti terkena bencana. Sebab, kami tak bisa kemana-mana," keluhnya.

BACA JUGA:Panitia Pilkades Brekat Kabupaten Tegal Dibentuk, Usulan Melibatkan Perempuan Mencuat

Diketahui, pedukuhan Lemahabang itu ada 6 RT. Setiap RT, ada sekitar 50 Kepala Keluarga (KK). Dengan begitu, ada sekitar 300 KK yang terisolasi karena program pemerintah desa setempat.

Mestinya jalan itu dibeton secara bertahap atau setengah dulu. Alangkah baiknya jika pembetonan menggunakan truk molen supaya lebih cepat. Bukan manual menggunakan molen diesel.

"Kami bukan tidak ingin jalannya diperbaiki, tapi ini soal caranya. Apa tidak bisa dimusyawarahkan," tegasnya.

Hal sama juga disampaikan Eko, warga Lemahabang. Menurut dia, program pembetonan terkesan dipaksakan agar bisa berjalan dengan tidak melihat dampaknya di masyarakat.

"Warga Lemahabang yang punya pekerjaan di luar pedukuhan bagaimana. Belum lagi warga yang tiap hari harus belanja ke pasar atau keluar. Atau tukang sayur yang biasanya berjualan keliling desa. Apakah ada kompensasi soal ini. Harusnya hal-hal seperti ini dipikirkan," ucapnya.

"Bagaimana kalau ada orang sakit. Mestinya ini dipertimbangkan," sambungnya.

Sumber: