Terima Tantangan Ganjar, Bidan Puskesmas Purwodadi Siap Nol-kan Angka Stunting Dalam Waktu 3 Bulan

Terima Tantangan Ganjar, Bidan Puskesmas Purwodadi Siap Nol-kan Angka Stunting Dalam Waktu 3 Bulan

Terima Tantangang Ganjar, Bidan Puskesmas Purwodadi Siap Nol-kan Angka Stunting Dalam Waktu 3 Bulan.--

BACA JUGA:Belum Puas Stunting di Jateng Berkurang hingga 51 Persen Dalam Empat Tahun, Ganjar akan Lakukan Ini

Hebatnya, Nur Aini juga dapat menjelaskan dengan jelas bagaimana bahaya menikah muda. Mulai dari kesiapan mental dan ekonomi. 

Ia pun tidak ingin mengikuti jejak tetangganya, dan memilih menikah di usia yang siap di atas 20 tahun.

"Ada tetangga saya, kakak tingkat sudah menikah. Kalau saya usia ideal menikah itu 20 atau 21 tahun. Bahaya kawin muda itu mental tidak siap, ekonomi nggak siap, wawasan dan fisik nggak siap. Kalau kurang matang nanti bayinya menjadi cacat atau tidak sehat," ujar Aini.

Menurut Ganjar apa yang disampaikan oleh Nur Aini sudah tepat. Penanganan stunting harus dilakukan sejak dini. Mulai dari memberikan perhatian kepada remaja putri dengan memberikan vitamin dan pil penambah darah. 

BACA JUGA:Ganjar: Harkitnas Momentum Kebangkitan Indonesia dengan Persatuan dan Gotong Royong

Selain itu, juga memastikan kesiapan calon pengantin usianya sudah siap apa belum. Kemudian ketika seorang ibu hamil harus diperhatikan dengan pemeriksaan rutin dan bayi dalam kandungan sehat. Terakhir setelah bayi lahir harus mendapatkan asupan ASI eksklusif.

"Dengan itu program Jo Kawin Bocah dan kemudian Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng bisa berjalan sehingga nanti angka kematian ibu dan angka kematian balita bisa dicegah. Bayi yang lahir juga sehat dan tidak stunting," katanya.

Ganjar menambahkan, penanganan stunting di Jawa Tengah sudah dilakukan bersamaan dengan penanganan kemiskinan termasuk kemiskinan ekstrem. Dua hal itu menjadi paket yang harus bisa diselesaikan dengan cepat dengan keterlibatan semua pihak.

Sementara itu, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan apa yang dicontohkan oleh Ganjar Pranowo sudah tepat. Penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem berhimpitan. Untuk itu dalam penanganan harus bersamaan.

BACA JUGA:Gubernur Ganjar Pranowo Dukung Pembumian Pancasila di Jateng

"Dana desa fokuskan dalam dua hal itu, juga dana APBD dan dari pemprov. Contoh yang diberikan Gubernur tadi sudah benar. Stunting dan miskin ekstrem itu berhimpitan. Data saya 40 persen miskin ekstrem itu punya potensi stunting karena ada anak yang kurang gizi. Jadi, menangani miskin ekstrem, sama juga menangani stunting," katanya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: