Pendidikan Karakter di Sekolah Sebagai Suatu Keharusan

Pendidikan Karakter di Sekolah Sebagai Suatu Keharusan

--

Karakter sebenarnya merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah. 

Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana keduanya (baik dan buruk) itu ada. 

Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan setelah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,  budaya  dan tujuan pendidikan nasional.

yaitu : (1) religius (2)jujur (3) toleransi,(4)  disiplin,(5 ) kerja keras, (6) kreatif ,(7 )Mandiri, (8 )demokratis ,(9 )rasa ingin tahu, (10)semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12 )menghargai prestasi ,(13 )bersahabat ,(14 )cinta damai ,(15) gemar membaca, (16 )peduli lingkungan ,(17 )Peduli sosial ,(18 )tanggung jawab  (Sumber: Pusat Kurikulum Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009: 9-10)

Pelaksanaan Pendididikan Karakter di Sekolah

Pelaksanaan Pendidikan karakter di sekolah yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan karakter dikemukakan berbagai cara atau metode adalah;

Pertama, menggunakan metode pembidanan. Socrates dalam Ratna Megawangi mengemukakan perlunya formula 4 M dalam pendidikan karakter ,yaitu: Mengetahui (knowing the good), mencintai ( loving the good), mengingin kan (desiring the good),dan mengerjakan (acting the good) kebaikan secara simultan dan berkesinambungan. 

Cara ini menunjukkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan kesadaran yang utuh. Sedan gkan kesadaran utuh itu adalah sesuatu yang diketahui secaara sadar, dicintainya,dan diinginkan. Dari kesadaran utuh ini, barulah tindakan dapat menghasilkan karakter yang utuh pula.

Proses pengajaran yang bermula dari memberikan pengetahuan peserta didik tentang kebaikan, menggiring atau mengkondisikan agar peserta didik mencintai kebaikan tersebut, kemudian membangkitkan peserta didik agar menginginkan karakter yang diajarkan.

Dan terakhir mengondisikan peserta ddidik agar mengerjakan kebaikan secara sukarela, simultan dan berkesinambungan.

Kedua,metode atau dengan cara pembiasaan. Pembiasaan merupakan alat penddidikan. Dalam pembiasaan peserta didik dipancing untuk menyadari karakter tertentu yang telah ditentukan, baru kemudian karakter yang telah disadari dan diinginkan itu dibiasakan dalam keseharian. 

Pembiasaan dimulai dengan menetapkan sikap atau tingkah laku atau karakter yang baik kemudian dilatihkan dan dibiasakan kepada peserta didik. Secara berproses, latihan-latihan yang dilakukan apabila diikuti dengan kesadaran dan mawas diri, lama kelamaan akan menyatu dalam kepribadian peserta didik dan itu menjadi karakter. 

Kebiasaan tersebut haarus dilestarikan sehingga mempribadi atau menyatu dalam kehidupan peserta didik. 

Kemudian dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah Doni A. Koesoema dalam Bambang Q-Anees (2008), mengajukan lima metode atau lima carapendidikan karakter yaitu :

Sumber: