17.906 Balita di Kabupaten Tegal Stunting, Pemkab Klaim Angka Prevalensinya Turun Jadi 17,6 Persen

17.906 Balita di Kabupaten Tegal Stunting, Pemkab Klaim Angka Prevalensinya Turun Jadi 17,6 Persen

Wakil Bupati Tegal Sabilillah Ardie yang juga sebagai Ketua TPPS Kabupaten Tegal saat memimpin acara Diseminasi dan Publikasi Stunting serta Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Grand Dian Guci.-Yeri Noveli-

Seperti tidak semua ibu bisa datang dan menimbang balitanya di posyandu. Sehingga ketersediaan data pengukuran balita di posyandu belum bisa mencapai angka 100 persen dari populasi yang ada.

Kendala berikutnya yakni, ketersediaan antropometri sebagai alat ukur yang jumlahnya masih terbatas.

Hal ini, lanjut Ardie, bisa saja mempengaruhi hasil pengukuran dan interpretasi status gizi balita sasaran.

“Kita sudah mengupayakan hibah alat antropometri dari Kementerian Kesehatan 100 unit. Sedangkan untuk tahun 2023 sudah diusulkan untuk pengadaannya di posyandu yang belum memiliki antropometri sebanyak 1.503 unit. Sehingga diharapkan semua posyandu bisa memiliki alat ini,” ujarnya.

BACA JUGA:Ganjar Sebut Relawan yang Laporkan Puan ke KPK Sudah Minta Maaf

Ardie menekankan jika kasus stunting anak ini tidak ditangani dengan benar akan berdampak pada tingkat kecerdasan, kemampuan kognitif dan kesehatannya yang terganggu. Saat tumbuh dewasa ia akan mudah sakit.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ruszaeni menjelaskan salah satu penyebab lahirnya bayi stunting adalah kondisi ibu yang tidak siap hamil.

Sehingga ia menekankan pentingnya mengetahui kondisi calon ibu sedari dini, termasuk memeriksakan kesehatannya untuk memastikan terbebas dari anemia.

Sebab, sambung Ruszaeni, permasalahan gizi pada anak usia di bawah usia dua tahun sangat erat kaitannya dengan kondisi kesehatan dan gizi perempuan yang akan menjadi ibu, seperti remaja putri.

BACA JUGA:Kondisi 57 Rumah Kian Membahayakan, Korban Tanah Bergerak di Brebes Selatan Akan Tinggal di Hunian Sementara

“Saat ini di Kabupaten Tegal, persentase remaja putri yang sudah melakukan pemeriksaan anemia mencapai 1,9 persen dari target rencana kita 90 persen,” katanya.

Kebutuhan gizi calon ibu yang sudah terpenuhi semenjak remaja, akan melahirkan generasi yang sehat dan terhindar dari stunting.

Sehingga pihaknya pun mendorong agar remaja putri memeriksakan kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merahnya secara rutin.

“Untuk itu bidan desa harus bisa mengarahkan pemeriksaan ini, terutama pada calon pengantin ataupun pasangan usia subur. Jika kadarnya normal dan kondisinya bagus, maka bagi yang sudah menikah bisa disarankan untuk hamil. Jika kondisinya belum belum normal, diarahkan menunda kehamilannya sembari dilakukan pemulihan,” tandasnya.

BACA JUGA:Maling Di Kantor Setda Pemalang Masuk Melalui Lubang Ventilasi

Sumber: