Menantang Maut, Puluhan Siswa di Sirampog Seberangi Sungai untuk Berangkat Sekolah

Menantang Maut, Puluhan Siswa di Sirampog Seberangi Sungai untuk Berangkat Sekolah

MENANTANG MAUT- Sejumlah warga di Desa Sridadi Kecamatan Sirampog saat menyeberangi Sungai Keruhbehet untuk beraktivitas. Aktivitas itu dilakukan saat kondisi sungai sedang dalam keadaan surut.-Istimewa-

BREBES, radartegal.com - Puluhan siswa di Desa Sridadi Kecamatan Sirampog harus rela menyeberangi Sungai Keruhbehet untuk berangkat ke sekolah. Aktivitas menantang mau ini lantaran tidak ada jembatan penghubung untuk menyebrangi sungai.

Bahkan, agar perlengkapan sekolah seperti sepatu dan kos kaki tidak basah, para siswa melepas dan melipat celananya saat menyeberangi Sungai Keruhbehet itu. Puluhan siswa itu terdiri dari siswa PAUD,/TK, SD hingga SMP.

Selain itu, para siswa juga harus sangat hati-hati agar tidak tergelincir saat menyeberangi sungai. Karena jika itu terjadi akan mengakibatkan pakaian dan tas berisi buku-buku basah.

Para orang tua, khususnya untuk siswa PAUD/TK dan SD yang masih kelas satu atau dua, biasanya terpaksa antar jemput dan digendong saat menyeberangi sungai.

"Anak saya masih kelas dua SD. Jadi, saya setiap hari antar pulang pergi ke sekolah," ungkap salah seorang warga, Dewi (37) kepada wartawan, Kamis 18 Agustus 2022.

Dijelaskannya, kondisi seperti ini sudah dilakukannya sejak dua tahun terakhir. Hal ini lantaran Jembatan Sungai Keruhbehet putus dan hilang diterjang arus sungai.

Sejak itu anak-anak sekolah dan juga warga harus turun menyeberangi sungai untuk menuju ke sekolah atau ke tempat lainnya.

"Dua tahun lalu jembatan yang ada putus akibat diterjang banjir. Jadi, sekarang tidak ada jembatan," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Sridadi Sudiryo mengatakan, jembatan Sungai Keruhbehet sudah dua tahun putus akibat diterjang arus sungai yang deras saat terjadi hujan. 

Setelah putus diterjang banjir, warga setempat swadaya membuat jembatan darurat dengan rakitan bambu, tetapi tidak lama jembatan itu hanyut dibawa arus sungai.

"Sejak putus itu, warga swadaya membuat jembatan darurat sebanyak dua kali. Tapi hanyut juga diterjang arus sungai," terangnya.

Sejak itulah, kata dia, tidak lagi ada jembatan darurat dan warga yang lewat terpaksa turun menyeberangi sungai, terutama siswa sekolah. Meski begitu, warga menyeberangi sungai saat kondisinya sedang surut. Jika sedang banjir, warga tidak berani menyeberang karena sangat berbahaya.

Seperti diketahui, sebelum putus, jembatan Sungai Keruhbehet menghubungkan Dukuh Karanganyar dengan Dukuh Legok, Sigombyang, Bojongsari dan Suruhsunda.

Diungkapkan, putusnya jembatan membuat warga khususnya di Dukuh Legok dengan junlah warga mencapai 120 Kepala Keluarga atau sekira 500 jiwa mengalami kesulitan jalur transportasi.

Sumber: