Bela Anies dari Serangan Radikal dan Intoleran, M Taufik: Dia Lulusan Universitas Liberal

Bela Anies dari Serangan Radikal dan Intoleran, M Taufik: Dia Lulusan Universitas Liberal

Serangan kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terkait radikalisme dan politik identitas ditanggapi politisi senior, Muhammad Taufik. Serangan-serangan itu kerap menyebut mantan Mendikbud tersebut punya kedekatan dengan kelompok intoleran.

Namun serangan-serangan dan labeling itu dibantah M Taufik. Dia menilai label itu tidak benar, karena Anies merupakan mantan rektor Universitas Paramadina periode 2007-2015, yang selama ini dikenal sebagai lembaga paling liberal. 

Belum lagi Anies jebolan pendidikan Amerika Serikat. Dia menyelesaikan tingkat master (S2) di University of Maryland dan doktoral (S3) di Northern Illinois University.

"Anies itu dari Paramadina. Labelnya enggak ada radikal. Zamannya Cak Nur Paramadina paling liberal itu. Dia sekolah di Amerika. Jadi menempelkan sesuatu yang keliru,” ujar Taufik dalam podcast bertema 'Deklarasi Janggal Demi Label Radikal' di Channel Medcom Id, dikutip Selasa, 14 Juni 2022.

Mantan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta ini mengatakan, pawai deklarasi dukungan kepada Anies Baswedan oleh massa mengatasnamakan FPI Reborn beberapa waktu lalu, disusul aksi sejenis pada Rabu, 8 Juni 2022 di Hotel Bidakara, Jakarta, jelas bertujuan untuk men-downgrade sosok Anies. Bukan benar-benar ingin mendukung.

Apalagi kata Taufik, akun-akun yang selama ini terus menyerang Anies langsung menyebarkan berbagai aksi deklarasi tersebut di media sosial.

Serangan tersebut, dia menegaskan, terkait dengan politik. Karena bertepatan dengan meroketnya elektabilitas Anies Baswedan dan bertumbuhannya kelompok relawan. Padahal Anies tidak punya partai. Dan dia sendiri juga belum berbuat apa-apa terkait Pilpres.

“Tiba-tiba muncul (serangan labeling) seperti ini. (Serangan ini) akan terus sampai Anies tidak dapat kereta (partai politik yang akan mendukung),” ucap Taufik.

Dia melihat labeling Anies yang dekat dengan kelompok radikal dibangun sejak Pilkada DKI Jakarta 2017. Dia menilai istilah politik identitas tidak akan mencuat andai Anies yang kalah dalam gelaran Pilgub DKI tersebut.

“Andaikan Anies yang kalah saya kira tidak ada itu. Tidak ada yang disebut dengan politik identitas. Ini kan yang menempelkan yang kalah itu. Coba kita perhatikan orangnya itu juga sejak pilkada sampai kemarin,” tegasnya.

Namun Taufik yakin bahwa upaya men-downgrade Anies dengan terus melabelkan dirinya sebagai sosok radikal, intoleran tidak akan berhasil. Karena masyarakat sudah cerdas bisa membedakan mana deklarasi yang abal-abal dan mana deklarasi yang benar-benar ingin mendukung Anies.

“Saya ingin mengajak kawan-kawan yang masih berpikiran untuk menghempaskan Anies dari percaturan politik 2024, insya Allah tidak akan tercapai cita-cita anda,” ungkapnya.

Selain pihak-pihak yang selama ini menjadi bagian dari dua ormas yang telah dilarang tersebut tidak mengetahui dan tidak mengenal orang-orang yang melakukan deklarasi itu, juga gerakan yang dilakukan tidak seperti yang dikenal masyarakat sebelumnya.

“Waktu hari pertama. Kalau kita lihat rekam jejak (FPI) jarang sekali ada perempuan dalam gerakannya. Ini ada perempuan pakai celana jins. Selesai demo, jilbab dibuka. Ada pengakuan juga dibayar sekian. Akhirnya terkuak,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: