Rendang Babi Bikin Ramai, Gus Mus: Korupsi Lebih Menjijikan ketimbang Kotoran Seribu Babi
Salah satu menu restoran nasi padang, Babiambo di Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara, rendang daging babi menimbulkan pro dan kontra. Belakangan, polisi pun mulai turun tangan merespons polemik tersebut.
Tidak hanya di media sosial, polemik rendang babi juga dikomentari beberapa kepala daerah. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria misalnya, dia memilih untuk mengingatkan para pengusaha menjaga perasaan.
Apalagi menu makanan rendang merupakan bagian dari identitas warga Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Riza tidak melarang adanya kreativitas masyarakat, termasuk daging babi yang dimasak dengan bumbu khas Minang itu.
“Kalau mau ada kreativitas ya boleh tapi jangan sampai melukai yang lain,” ucap Riza di Balai Kota Jakarta.
Riza juga heran dengan adanya rumah makan menyajikan rendang daging babi, pasalnya restoran dengan bumbu khas itu dikenal dengan menu makanannya yang halal.
Di sisi lain, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan selama ini dikenal lezat dan halal. Bahkan ada yang kurang jika tidak ada hadirnya menu masakan Padang seperti rendang.
“Yaa da yang kurang rasanya kalau sebulan saja tak menyantap masakan padang. Apalagi ikannya rendang dan ayam pop,” tutur Khofifah menanggapi terkait kehebohan informasi rendang babi di media sosial.
Ya, Jagat media sosial dihebohkan tentang adanya usaha kuliner khas Minangkabau yang menjual rendang berbahan daging babi di Jakarta. Warga Minangkabau tersinggung karena nasi padang dinilai identik dengan kehalalannya dan kental falsafah ajaran Islam.
Sehingga, tidak pantas disandingkan dengan daging babi yang haram dikonsumsi umat Muslim. Ramainya soal rendang babi membuat KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus angkat bicara soal daging babi.
Sahabat kental Gus Dur itu menyampaikan nasihat lewat puisinya tentang korupsi, makan babi, dan minum bir. Gus Mus menganalogikan makan babi dan korupsi seperti melupakan setan dari yang lebih setan.
“Tapi agaknya kalian melupakan setan yang lebih setan. Najis yang lebih menjijikkan. Virus yang lebih mematikan dari pada virus alkohol, nikotin dan minyak babi. Bahkan lebih merajalela daripada epidemi,” tutur Gus Mus lewat akun Twitternya @gusmusgusmu, Minggu (12/6).
Gus Mus berkata, sejatinya korupsi lebih merusak dibanding rokok. Lebih memabukkan dibanding alkohol dan lebih najis dari babi. “Bila karena merusak kesehatan, rokok kalian benci, mengapa kalian diamkan korupsi yang merusak nurani,” imbuhnya
“Bila karena memabokkan, alkohol kalian perangi Mengapa kalian biarkan korupsi yang kadar memabokkannya jauh lebih tinggi?” sambungnya.
“Bila karena najis, babi kalian musuhi. Mengapa kalian abaikan korupsi yang lebih menjijikkan ketimbang kotoran seribu babi. Dari puisi Ada Apa dengan Kalian,” tutup Gus Mus. (dis/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: