Eril Keturunan Wali Songo dan Prabu Siliwangi, Nasab Ridwan Kamil Sampai ke Sunan Gunung Jati

Eril Keturunan Wali Songo dan Prabu Siliwangi, Nasab Ridwan Kamil Sampai ke Sunan Gunung Jati

Disebut memiliki leluhur wali, garis keturunan Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril kembali menyita perhatian. Hal ini berawal dari postingan ayahnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Berawal dari surat yang dia tulis untuk putra sulungnya, terungkap jika Eril ternyata masih keturunan wali songo yaitu Sunan Gunung Jati. 

Garis keturunan wali dan pembesar Kerajaan Pajajaran itu terlacak dari kakek Ridwan Kamil yang seorang ulama besar di Subang yaitu KH Muhyiddin.

Naskah kitab karangan KH Muhyiddin ditemukan di Gudang Percetakan Tua Mustofa Halabi Kairo yang dicetak tahun 1936 Masehi atau sebelum kemerdekaan RI.

Anak Ridwan Kamil ini juga masih bertaut dengan Prabu Siliwangi.
Nasab Ridwan Kamil dan Eril sampai ke Sunan Gunung Jati sehingga juga termasuk keturunan Prabu Siliwangi yang merupakan kakek Raja Cirebon.
 
Prabu Siliwangi merupakan raja yang mashur dari Kerajaan Pajajaran.

Ridwan Kamil diketahui cucu dari KH Muhyidin atau yang dikenal dengan Mama Pagelaran.

Ridwan Kamil pernah menceritakan perjuangan kakeknya sebagai ulama, membela tanah air dari penjajahan.

Pusara KH Muhyiddin di Pesantren Pagelaran, Kabupaten Subang, Rabu 11 November 2020 juga sudah dilakukan pemancangan bambu runcing sebagai tanda pejuang kemerdekaan.

Sebagai cucu dari KH Muhyiddin, Ridwan Kamil beserta keluarga mengucapkan terima kasih atas penghargaan tersebut.

Menurut ia, banyak ulama di Jabar yang berjuang dengan keikhlasan.

Akan tetapi, sebagai generasi penerus, perlu memahami dan mengetahui, serta berkewajiban untuk menghormati dan memuliakan para pejuang yang telah memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah.

“Kami sangat-sangat mengapresiasi, tapi kami tidak mau menginisiasi, karena nasihat dari kakek kami ini semuanya adalah keikhlasan. Jadi, kalau ada setitik inisiatif dari keluarga kami akan merasa akan mengkhianati nilai yang disampaikan,” katanya.

“Maka mau dikasih Pahlawan Nasional atau tidak, kalau iya kami sangat bersyukur karena itu haknya, kalaupun tidak kami tidak akan memaksa, karena harus datang dari keikhlasan negara kepada pejuangnya,” tambahnya.

KH Muhyiddin lahir di Garut pada 1878. Dalam dakwahnya, KH Muhyiddin selalu mengajak rakyat untuk menantang penjajahan pemerintahan Kolonial Belanda, sehingga Mama Pagelaran ini sempat ditawan pada 1939.

Sumber: