FESTIVAL JAZZ DI ANGAN-ANGAN

FESTIVAL JAZZ DI ANGAN-ANGAN

Libur panjang lebaran membuat kota ini penuh sesak. Para pemudik ingin segera melepas rindu untuk bertemu keluarga, teman semasa kecil maupun saat di sekolah. Rindu mencicipi kuliner favorit di Tegal seperti ponggol setan, nasi lengko, sate kambing, juga jalan-jalan ke alun-alun maupun tempat wisata seperti pemandian air panas Guci atau Pantai Alam Indah (PAI). Sementara, mau tidak mau, para pemudik harus rela melupakan Covid-19 terlebih dahulu agar hasrat terpenuhi.

Barangkali libur lebaran dan ramainya para pemudik yang kemudian menjadi alasan kuat sebagai momentum untuk menyelenggarakan acara Tegal Bahari Jazz di tahun 2022. Sebuah acara festival musik jazz dengan pantai sebagai latarnya, dibarengi dengan pameran produk unggulan daerah, workshop, talk show, dan  fashion show. Pergelaran musik yang cukup prestisius ini sebenarnya sudah digaungkan sejak tahun 2020.  Namun, bagaikan gelombang dan buih-buih samudra, informasi tersebut muncul dan menghilang.

Seperti harapan Wali Kota Tegal, pemerintah ingin mewujudkan kota Tegal sebagai kota event. Tidak tanggung-tanggung, rencana awal Tegal Bahari Jazz yang akan diselenggarakan selama 4 hari kemudian berubah menjadi 3 hari pada 5-7 Mei 2022 itu akan menghadirkan artis papan atas seperti Fariz RM, Mus Mujiono, Cakra Khan, Ello, Rieka Roslan, dan lain-lain. Berbagai promosi telah dilakukan untuk mendapatkan simpati publik agar membeli tiket Tegal Bahari Jazz yang dibandrol mulai dari Rp. 200.000,- hingga Rp. 1.000.000,- untuk VVIP (per hari). Namun, hal yang terasa kurang pas adalah akun media sosial Tegal Bahari Jazz baru mengumumkan line up artis pada Jum’at (29/04/22), kurang dari satu minggu sebelum acara berlangsung. Firasat buruk itu menjadi nyata, H-1 sebelum acara, panitia mengumumkan bahwa Tegal Bahari Jazz diundur entah sampai kapan.

Sebuah festival maupun pergelaran musik adalah spirit. Di dalamnya terlibat para musisi, penikmat musik, maupun penyelenggara acara yang semestinya memiliki visi yang sama untuk sebuah pertunjukan musik. Dalam pidato-pidato kesenian dan kebudayaan pemerintah sering membicarakan perihal romantisasi kearifan lokal, kekayaan alam, budaya, maupun manusianya. Sejauh yang saya ketahui di dalam acara Tegal Bahari Jazz pemerintah minim, kalau bukan dibilang tidak, melibatkan musisi maupun panitia lokal. Dalam sebuah event rasanya perlu untuk memetakan kembali tentang kebutuhan yang berdampak pada pengembangan potensi lokal yang telah kita miliki. Pertama, melibatkan dan melakukan diskursus dengan lembaga, kantong-kantong kesenian, maupun seorang profesional yang memiliki track record yang baik dan dipercaya oleh masyarakat dan pemerintah. Kedua, meningkatkan apresiasi dan memberi wadah terhadap karya-karya musisi lokal. Terakhir, menyelenggarakan acara yang dapat berdampak pada kemajuan dan keberkelanjutan agar mewujudkan ekosistem seni dan budaya yang sehat dan berkeadilan sosial.

Menjual Mimpi Film Dokumenter Fyre: The Greatest Party That Never Happened yang dirilis Netflix pada tahun 2019 adalah contoh nyata kegagalan sebuah festival musik. Cuplikan video promosi Fyre Festival menawarkan festival musik ekslusif dan mewah di sebuah pulau pribadi yang elegan di Great Exuma, Bahama. Mereka menjanjikan gaya hidup impian dengan mengundang sepuluh supermodel dunia untuk terlibat dalam video promosi dan mengajak ratusan influencer untuk mempromosikan sebuah festival yang nyatanya belum benar-benar direncanakan.

Para founders Fyre Festival Billy McFarland dan Ja Rule adalah sosok yang “optimis”. Mereka lebih banyak bersenang-senang dan berpesta selama persiapan acara. Keangkuhan dan kesombongan mereka membuatnya tidak ingin mendengarkan masukan dan keluhan dari para staf ahli di bidang event, dari mulai bagian produksi acara, keuangan, logistik, transportasi, infrastruktur, penginapan, dan perihal teknis lainnya. Alhasil, Fyre Festival gagal diselenggarakan dan McFarland dijatuhi hukuman 6 tahun penjara atas tuduhan penipuan dan harus bayar denda sebanyak 100 juta dolar Amerika.

Tegal Bahari Jazz dan Fyre Festival sama-sama menjual mimpi. Fyre Festival dengan acara musik yang eksklusif di sebuah pulau pribadi. Tegal Bahari Jazz dapat memberi kesan kota Tegal yang “naik kelas” dan “eksklusif dengan PAI sebagai lokasi yang dibuatnya “mewah”. Bedanya, hanya selang 48 jam saat penjualan tiket Fyre Festival dibuka, 95% tiketnya sudah ludes terjual. Lalu, ke mana tiket Tegal Bahari Jazz yang sudah “terjual”? 

Penulis: Gendra Wisnu Buana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: