Pertamax Naik Jadi Rp12.500, Tapi Pertamina Tetap Tombok Rp3.500 Per Liternya

Pertamax Naik Jadi Rp12.500, Tapi Pertamina Tetap Tombok Rp3.500 Per Liternya

Penyesuaian harga BBM nonsubsidi, pertamax yang berlaku mulai, Jumat (1/4) kemarin, dinilai positif Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto.

Menurutnya, meski menaikan harga pertamax menjadi Rp12.500 per liter, sebenarnya Pertamina merugi atau masih tombok, karena menjualnya di bawah harga keekonomian. 

“Pertamina memang tidak punya pilihan lain, kecuali menyesuaikan harga pertamax yang merupakan BBM nonsubsidi. Meski begitu, kami menilai positif,” kata Sugeng.

Ditambahkan Sugeng, penyesuaian harga BBM RON 92 tersebut, masih di bawah harga keekonomian. Dengan harga jual pertamax sekarang, papar dia, Pertamina sebenarnya masih tombok Rp3.500 per liternya.

Kondisi ini menurut Sugeng, menjadi bukti bahwa Pertamina sangat mempertimbangkan daya beli masyarakat. “Nyatanya, Pertamina rela kenaikan tersebut pun, sebenarnya masih di bawah harga keekonomian,” lanjutnya.

Selain itu, sebenarnya Pertamax merupakan BBM yang ditujukan untuk kalangan masyarakat mampu. Itu pun, dengan volume penjualan yang sangat kecil, yakni hanya 14 persen dari total penjualan BBM Pertamina. 

Bandingkan dengan Pertalite, yang ditujukan bagi kalangan menengah ke bawah dengan volume penjualan mencapai 53 persen. Untuk BBM jenis RON 90 tersebut, Pertamina sudah memastikan bahwa tidak terdapat kenaikan harga.

“Dan tak kalah penting, sebagai BBM non subsidi, kenaikan tersebut juga sesuai dengan formula harga dari KESDM dan selanjutnya dapat menjadi floating price,” lanjutnya.

Tidak hanya itu. Menurut Sugeng, harga jual baru pertamax, ternyata masih sangat kompetitif dibandingkan SPBU swasta. Dengan Shell misalnya, yang menjual Super Shell (RON 92) seharga Rp12.990, harga pertamax masih jauh lebih murah.

“Apalagi, penyesuaian harga pertamax, baru dilakukan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sejak 2019,” pungkas Sugeng. (jpnn/zul)

Sumber: