Arinal Riana

Arinal Riana

Ternyata jadi kepala daerah.

Setelah kini jadi gubernur Lampung, Arinal tetap memperhatikan pertanian.

Ia prihatin. Ikan-ikan air tawar yang terkenal di masa kecilnya kini kian sulit di dapat: baung, belida, jelabat, tomang, dan ikan mudik.

Maka ia keruk sungai Tulang Bawang. Sampai kedalamannya kembali ke masa lalu. Semua benih ikan lama ia tabur di sungai itu.

Arinal juga membela petani singkong Lampung. "Lampung ini produsen singkong terbesar di Indonesia. Petaninya harus sejahtera," katanya.

Tahun pertama jadi gubernur, Arinal mengamuk: ada singkong impor masuk Lampung. Dari Vietnam. Ia panggil seluruh pengusaha tapioka di Lampung. Ia beberkan nasib petani singkong. "Saya akan berbuat apa pun untuk membela petani singkong," katanya.

Yang hadir langsung paham: Arinal lagi murka. Di Lampung sudah terkenal: kalau marah, Arinal bisa jadi preman.

Maka tanpa dikeluarkan peraturan, pengusaha menghentikan sendiri impor singkong itu.

Arinal juga mendekati menteri perdagangan: silakan impor singkong diizinkan, tapi jangan boleh masuk pelabuhan Lampung.

Kini Arinal lagi marah soal petani tebu. Semua kebun tebu punya persoalan besar: harus membakar sisa-sisa daun setelah panen raya. Asapnya dianggap mencemari udara.

Arinal punya ide baru: jalan tengah. Pembakaran jangan dilarang. Tapi dikendalikan. Kalau pembakaran dilarang total, sama artinya dengan membunuh petani tebu.

Maka Arinal mengeluarkan aturan: pembakaran bergilir. Sekali bakar hanya boleh 10 hektare. Bergantian. Sampai selesai. Dengan demikian asap yang ke udara hanya dari 10 hektare.

Jalan tengahnya itu masih dianggap salah. Arinal masih menahan amarahnya –tapi terlihat tersimpan kuat di dadanya.

Lalu soal kopi.

Anda sudah tahu: Lampung penghasil kopi terkemuka Indonesia. Sampai-sampai kopi dari Sumsel pun dipasarkan dengan nama kopi Lampung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: