Tolak Parpol dan Ormas yang Minta Kuota Minyak Goreng, Produsen: Fokus ke Masyarakat

Tolak Parpol dan Ormas yang Minta Kuota Minyak Goreng, Produsen: Fokus ke Masyarakat

Parpol, Ormas, lembaga, koperasi, dan lainnya banyak yang meminta kouta minyak goreng. Namun, permintaan itu sementara ditolak, karena produsen memfokuskan kebutuhan masyarakat lebih dulu.

Hal itu diakui Marketing PT Bisa Karya Prima (BKP) eks Karesidenan Pekalongan, Agung Setiawan, Selasa (15/3). Menurutnya, perusahaannya sudah mendapat perintah dari Kementrian Perdagangan (Kemendag) untuk fokus ke masyarakat. 

Agung Setiawan mengatakan operasi pasar minyak goreng di Pasar Trayeman misalnya, merupakan hasil kerjasama antara pabrik, distributor, dan Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Tegal. Sasaran utamanya adalah masyarakat. 

Sebelumnya, operasi pasar ini dilakukan di Pasar Pagi dan Pasar Langon Kota Tegal. Operasi pasar sengaja digelar di pasar tradisional untuk menyetabilkan harga.

Stok minyak goreng yang disiapkan perusahaannya yakni 100-200 karton, dan setiap satu karton berisi 12 botol ukuran 1 liter. Untuk operasi pasar kali ini, masyarakat hanya diperbolehkan membeli minyak sebanyak 2 botol atau 2 liter seharga Rp28.000.  

"Tidak boleh membeli lebih dari 2 liter. Untuk harga perliternya Rp 14.000," katanya.

Dirinya tak menampik, tambah Agung Setiawan, permintaan minyak goreng dengan skala besar memang sangat banyak. Seperti warga yang hendak menggelar hajatan, lembaga atau partai, koperasi, ormas dan lainnya.

Namun pihaknya tidak mengabulkan permintaan itu karena saat ini, penyaluran minyak fokus untuk masyarakat. "Kami dapat perintah dari Kementerian Perdagangan agar fokus ke masyarakat," tambahnya.

Sementara itu, Diroh (55) mengaku dalam dua jam minyak goreng yang dijual dengan harga Rp 14 ribu per liter itu langsung ludes terjual. Bahkan ratusan warga rela mengantre untuk mendapatkan migor tersebut.

Dirinya mengaku senang dengan adanya operasi pasar migor bersudsidi. Selama ini, dirinya kerap kesulitan mendapatkan migor. Setiap hendak membeli migor di pasar atau toko, selalu kosong.

"Kebetulan hari ini ke pasar ada minyak goreng bersubsidi. Alhamdulillah bisa untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya. 

Sedangkan Wati (39) warga Desa Slawi Kulon mengaku rela mengantre migor di Pasar Trayeman. Dirinya sangat beruntung bisa mendapatkan migor meski hanya 2 liter.

Menurut Diroh, dia sudah hampir satu pekan mencari-cari migor di pasar dan toko modern, tapi tak pernah ada. Kendati ada, harganya lebih dari Rp14 ribu per liternya. (guh/zul)

Sumber: