Dukung Ketahanan Pangan, bank bjb Jalin Kolaborasi dengan PT Kebun Bumi Lestari

Dukung Ketahanan Pangan, bank bjb Jalin Kolaborasi dengan PT Kebun Bumi Lestari

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (bank bjb) terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ketahanan pangan daerah melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan PT Kebun Bumi Lestari yang bergerak di bidang usaha agroindustri pertanian di wilayah Surakarta, Jawa Tengah (Jateng).

Kegiatan penandatanganan Kerjasama kemitraan antara bank bjb Cabang Surakarta-PT Kebun Bumi Lestari dilakukan, Senin (14/3). Penandatanganan ini dilakukan dalam rangka penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) kepada Petani Melon mitra binaan PT Kebun Bumi Lestari.

Hadir pada kegiatan Kabul Pamuji dari PT Kebun Bumi Lestari. Sedangkan dari bank bjb hadir SEVP Bisnis bank bjb Beny Riswandi, Pemimpin Divisi Kredit UMKM bank bjb Denny Mulyadi, Pemimpin Cabang Surakarta Irvan Nulhakim, Pemimpin Cabang Surabaya Heru Baharudin serta perwakilan Kantor Regional V bank bjb.

Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, Widi Hartoto mengatakan bank bjb senantiasa mendukung pemerintah membangun ketahanan pangan melalui kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak.

"Kolaborasi dan sinergi bank bjb dengan PT Kebun Bumi Lestari diharapkan akan membantu dan mempermudah para Petani Melon mengakses KUR," ujarnya.

SEVP Bisnis bank bjb Beny Riswandi mengatakan sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Beberapa tahun terakhir, sektor ini terus tumbuh dan bahkan tetap tumbuh postif saat sektor lain terpuruk di masa pandemi.

Data BPS menyatakan bahwa berdasarkan lapangan usahanya pada triwulan I 2021, pertanian mampu tumbuh sebesar 2,95% secara year on year (yoy), saat sektor lain seperti industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi mengalami kontraksi. Namun, di sisi lain, sektor pertanian terancam krisis regenerasi petani akibat kurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor ini.

Menurut Beny, rendahnya kesejahteraan petani ini disebabkan adanya kendala mulai dari pengadaan modal hingga pasca panen. Para petani yang tidak mendapatkan upah setiap bulan seperti pekerjaan lain, kerap meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ketika panen tiba, kata dia, para petani kecil sering terpaksa menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan harga yang murah. Kemudian petani menggunakan uang tersebut untuk membayar hutang ataupun digunakan untuk kebutuhan mendesak lainnya.

Sehingga ketika masa tanam tiba, petai sering mengalami kekurangan modal. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab rendahnya kesejahteraan petani. Kendala-kendala yang sering dialami para petani, khususnya petani kecil tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan informasi petani.

Menurut data dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) berdasarkan tingkat pendidikannya, 74% petani Indonesia merupakan lulusan S, tidak SD, bahkan tidak sekolah.

Padahal ada lebih dari 200 perguruan tinggi di Indonesia yang menghasilkan sarjana-sarjana pertanian setiap tahun. Mayoritas sarjana pertanian ini justru bekerja di bidang lain akibat adanya stereotype yang cenderung meremehkan pekerjaan petani.

“Untuk menjawab masalah yang dihadapi para petani, bank bjb terus mendorong penyaluran KUR Klaster berbasis komoditi unggulan khususnya di bidang pertanian karena bisa menjadi solusi untuk mempercepat recovery bagi UMKM, khususnya yang terdampak pandemi," kata Beny.

Sumber: