Wahabi Diduga Susupi TNI Polri, BPET MUI Buka Suara
Pengurus Harian Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI Muhammad Makmun Rasyid buka suara soal sinyalemen aliran Wahabi/Salafi yang menyusup ke institusi resmi negara.
"Ketegasan dan perintah presiden dalam Rapim TNI-Polri menjadi pedoman masing-masing instansi. Tidak bisa atas nama demokrasi. Misalnya di kepolisian soal pengajian keagamaan, kemudian memanggil orang-orang yang tidak memiliki kesetiaan kepada negara, sekaligus berwawasan keagamaan di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah," katanya, Rabu (9/3).
Mengapa harus Ahlus Sunnah wal Jamaah? Makmun Rasyid menegaskan karena hanya Ahlussunnah wal Jamaah yang selaras dengan NKRI.
Wahabi/Salafi bukan Ahlussunah wal Jamaah. Hal ini sesuai keputusan Muktamar Ahlussunnah wal Jamaah yang diselenggarakan oleh Ulama Muslim Internasional di Grozny, Ibukota Republik Chechnya pada 2016 silam.
Menurutnya, salah satu kutipan dari 11 rekomendasi yang dikeluarkan dalam muktamar menyebutkan bahwa Muslim Ahlussunnah adalah mazhab Asyairah dan Maturidiyyah.
Selain itu, juga mengeluarkan sekte Salafi-Wahabi dari kelompok Islam Sunni.
"Sejak tahun 2018, saya mengkritik gerakan infiltrasi yang dilakukan Salafi-Wahabi ke tubuh kepolisian. Seperti Polri Cinta Sunnah (PCS) dan HTI ke tubuh TNI. Karena mereka yang masuk memiliki tujuan utama penggalangan. Dalam istilah literaturnya “tholabun nusroh” (meminta pertolongan) demi melanggengkan pergerakannya. Dengan begitu, misi global yang diperintahkan masing-masing pimpinan tertinggi mereka bisa diwujudkan secara perlahan-lahan," papar Makmun Rasyid.
Dia menyebut infiltrasi yang masuk ke institusi TNI/Polri dengan jubah agama yang serba instan merupakan strategi tertulis dalam “marhalatul ula” (tingkatan dasar/pertama).
Infiltrasi yang dilakukan Salafi-Wahabi dan HTI ke tubuh aparat keamanan negara selalu melalui pintu “Atatsqif al-Jama’iy”. Yaitu menjaring dan mengumpulkan orang-orang yang menerima dan meyakini konsep-konsep yang ditawarkan.
Targetnya menciptakan anggapan bahwa konsep yang disuguhkan seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Bahan, sampai memantik sisi emosi dan tercipta keyakinan bahwa hal tersebut layak diperjuangkan.
Dikutip dari Fin.co.id, mantan ustaz Wahabi/Salafi asal Gorontalo bernama Ustaz Rubianto Ibrohim membongkar pengikut aliran tersebut telah masuk ke Polri dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dia menyebut di tubuh Kepolisian juga ada organisasi yang di dalamnya berisi para pengikut Wahabi/Salafi. Organisasi itu bernama Polri Cinta Sunnah (PCS). (ima/rtc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: