Kritik Menag Yaqut, Pria Papua yang Mengaku Beragama Kristen Marah Suara Azan Diatur-atur
Mengaku sebagai pemeluk Kristen Protestan, seorang pria marah dan resah dengan pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang diduga membandingkan suara toa masjid dengan gonggongan anjing.
Dengan blak-blakan, warga Papua Barat bernama Yanoo Arkam ini mengaku tidak setuju dengan aturan Kementerian Agama (Kemenag) soal pengeras suara masjid dan musala.
"Katakan sesuatu itu dipikir dulu, Pak. Saya di Papua, saya orang Papua, Bapak tahu kan toleransi di Papua itu sangat besar," katanya.
Dia meminta Menag Yaqut agar berfikir sebelum berbicara agar tidak menyinggung umat beragama. Terutama umat Islam.
"Saya yang beragama Kristen saja mendengar apa yang Bapak katakan sangat meresahkan bagi saya. Apalagi saudara-saudari ku yang muslim," kata dia melalui akun video di TikTik-nya @yanooarkam18, dilansir Sabtu (26/2).
Dia bilang, ingin berkata kasar mendengar aturan dari Menag Yaqut, tetapi takut ditangkap aparat polisi.
"Jadi kalau Bapak mau katakan sesuatu, pikir dulu, Pak. Di sini sebenarnya saya mau ngegas, Pak. Tapi saya takut diciduk," katanya.
Lebih lanjut dia meminta Presiden Jokowi agar evaluasi Yaqut. Jika perlu diganti dengan yang lebih cerdas dalam berbicara.
"Jangan buat aturan yang aneh-aneh, Pak. Kita sudah tertekan dengan banyak aturan," katanya.
Dia melanjutkan, bahwa selama 25 tahun dia hidup berdampingan dengan masjid. Selama itu pula dia kerap mendengar suara azan 5 waktu dari masjid tersebut.
Tetapi dia merasa tidak terganggu dengan suara-suara azan itu. Bahkan kata dia, azan seringkali membantunya untuk bangun di subuh hari.
"Dan saya 25 tahun hidup rumah saya di pinggir masjid. Berdekatan sekali. Mereka salat 5 waktu dan kadang kalau mereka salat subuh, saya bangun. Sebagai alarm. Seumur hidup," katanya.
"Bahkan sampai dunia kiamat pun akan jadi alarm paten seumur hidup," sambung dia.
"Jadi terakhir Bapak Presiden Jokowi Widodo, nanti pak menterinya tolong ditegur. Kalau tidak mau didengar itu si menteri. Diganti saja pak banyak orang pintar di Indonesia yang bisa kerja," pungkasnya dikutip dari Fin.co.id. (Rtc/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: