Protes Omicron

Protes Omicron

Panik? Tidak sih... Hanya risau mengatur gerak tangan. Posisi pun seperti sayap mengepak, agar paru tetap teraliri oksigen. Nafas terasa berat. Kupancing dengan  bersendawa/tengkurap seperti orang habis makan. Berulang-ulang. Untungnya, sudah biasa. Saya, kalau bersin memang gak cukup sekali. Sangat membantu. Jadi agak plong.

Setelah itu berasa sekali sirkulasi oksigen lancar. Aliran darah seperti berebut menyerbu paru.

Saya langsung sering ke kamar mandi. Menguras cairan.

Saya perbanyak minum air putih. Gak kepikiran air hangat. Mungkin akan lebih cepat menguras cairan yang meluncur bebas....

Ripuh beta mengatasi agar tidak panik. Tapi kepikiran juga bagaimana kalau sampai lemas hingga meninggal.

Kusiapkan beberapa buku. Yang paling atas isinya uang arisan. Hampir 5jt. Lalu buku tabungan&deposito. Perhiasan&surat-suratnya. Dan lain-lain. Semua saya taruh di laci.

Di rumah hanya sama ibu dan Dini. Tetap juga  sholawatan dalam hati. Lalu bikin kopi sambil menikmati setiap tegukanya.

Gak mau berpikir banyak lagi. Pandangan menyapu ke teras rumah mencari posisi emak duduk di mana. Jangan sampai sendirian. Bahaya.

Sesekali ngegodain Dini. "Gantian njagain&nemenin made yang duduknyi di luar sana". Kalau gak mau, wifi di stop. Dia pun menurut sambil manyun-senyum manja.

Alhamdulillah menjelang magrib ini, mendengar suara adzan, kok mendadak bisa pulih dan normal. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Nyruput kopi. Lalu ke musola. Berjamaah.

Mungkin di situ juga saya terkena.

***

Seorang dokter juga "protes". Ia lagi memperdalam spesialis jantung di UGM.

Namanya: Jagadito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: