1st Tegal International Conference: Inovasi Dibutuhkan Melalui Pendekatan Multidisipliner

1st Tegal International Conference: Inovasi Dibutuhkan Melalui Pendekatan Multidisipliner

Pendekatan multidisipliner menjadi solusi untuk dapat melakukan inovasi dan pembaharuan. Kolaborasi masyarakat, akademisi, industri, pemerintah daerah dan pemerintah pusat diperlukan agar dapat melahirkan ide, gagasan, inovasi, kreativitas dan program yang efektif dan efisien.

Pembahasan terkait pendekatan multidisipliner itu diusung dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh Politeknik Harapan Bersama dalam 1st Tegal International Conference on Multidisciplinary Studies (TIC-MS), Rabu (26/1).

Diskusi digelar secara hibrida, baik daring maupun luring, serta menghadirkan sejumlah pembicara dari dalam dan luar negeri. Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI), Sudirman Said menuturkan pandemi Covid-19 memaksa kita untuk melakukan inovasi, improvisasi dan membuat pelayanan yang berbeda.

Menurutnya, setiap inovasi dan improvisasi harus menggunakan pendekatan multidisipliner.

“Jika kita menggunakan pendekatan multidisipliner, kita dapat berinovasi dan berimprovisasi untuk melakukan pembaharuan. Seperti yang ada di PMI, selain ahli dalam penanggulangan bencana alam, pelayanan donor darah, kesehatan, PMI juga harus ahli di bidang sumber daya manusia dan teknologi informasi,” kata Sudirman.

Dunia sedang berada dalam situasi VUCA yang menggambarkan Volatility (Perubahan/Anomali), Uncertainty (Ketidakpastian), Complexity (Kompleksitas) dan Ambiguity (Ketidakjelasan).

Hal ini didasarkan pada fenomena krisis yang sedang dihadapi oleh seluruh masyarakat di dunia yang mencakup krisis akibat pandemi covid-19, krisis akibat perubahan iklim, krisis lingkungan, krisis kesehatan dan krisis kemanusiaan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan kolaborasi sangat penting untuk saling melengkapi dan berbagi peran melalui sharing ide, gagasan dan pengalaman agar mampu menjadi solusi dan pandemic winner.

Kemenparekraf membutuhkan kolaborasi masyarakat, akademisi, industri, pemerintah daerah dan pemerintah pusat guna melahirkan ide, gagasan, inovasi, kreativitas dan program yang efektif dan efisien.

“Perguruan tinggi merupakan center of knowledge, center of excellence,dan center of entrepreneurship. Untuk itu, kolaborasi sangat diharapkan mampu memberikan input dan masukan bagi pemerintah dalam memformulasikan kebijakan dan program yang dapat memberikan dampak luas bagi masyarakat dan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan,” ujar Sandi.

Direktur Politeknik Harapan Bersama, Agung Hendarto mengatakan lembaga pendidikan seperti Politeknik Harapan Bersama harus berkontribusi untuk memberikan pengetahuan dan informasi  terkait  perkembangan  ilmu pengetahuan kepada masyarakat, agar dapat memberikan manfaat dan perubahan ke arah yang lebih baik.

“Di dalam konferensi, tiga ratusan peserta seminar diajak untuk meningkatkan dan memperkaya  pengetahuan untuk memperluas pikiran, visi dan misi. Paparan pembicara dapat menjadi informasi yang mendalam dan bermakna untuk diimplementasikan ke berbagai bidang lintas disiplin ilmu,” kata Agung.

Seminar  internasional  yang  mengangkat  tema “Engaging The Essential Work of Cross-Disciplinary Research and Sustainable Innovation,” turut menghadirkan pembicara lainnya.

Antara lain Rektor Institut Teknologi Bandung periode 2015-2020, Kadarsyah Suryadi; Muhammad Najib Muhamad Alwi (Management & Science University); Subhan Zein (Australian National University (Australia); Ferry Jie (School of Business and Law; dan Edith Cowan University, Australia). (zul)

Sumber: