Matras Bambu

Matras Bambu

Teknologi ini memang kelanjutan dan pengembangan ilmu lama: zaman perang. Zaman itu tentara menebang kayu untuk dihampar di rawa. Agar tank dan pasukan bisa melewati rawa.

Sistem itu juga sudah banyak digunakan di tambang, di pengeboran minyak dan di kebun sawit.

Begitu lebar fondasi dasar jalan tol di Sayung itu: 150 meter. Padahal lebar jalan tolnya hanya perlu sekitar 50 meter. Berarti jalan itu di situ nanti seperti berada di atas segitiga yang terpotong.

Itu memang bukan sekedar jalan tol. Tapi sekaligus tanggul laut. Agar rob bisa berhenti di situ. Agar tanah di selatan tol bisa kembali produktif.

Awalnya ada rencana dua proyek berbeda: proyek tol dan proyek tanggul laut. Lalu Dirjen Bina Marga, Dr. Ir. Ari Murwanto, punya ide menggabungkannya.

Sebelum di jabatan itu, Ari memang menjabat dirjen Sumber Daya Air. Dengan demikian Ari juga ahli mengenai kelakuan air. Sekaligus ahli jalan. Dua keahlian itu ia manfaatkan untuk membangun jalan tol yang sangat khusus di ruas Semarang-Sayung.

Dari proyek ini ahli Indonesia kian berpengalaman: kalau saja kelak harus mengatasi rob di Semarang. Setidaknya kini kian ada harapan: Semarang bisa dicegah dari ancaman tenggelam. (*)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Sumber: