Mengatasi Burn Out dalam Proses Belajar

Mengatasi Burn Out dalam Proses Belajar

Oleh: Rahmad Agung Nugraha*)

ISTILAH burn out  yang digunakan untuk menggambarkan kondisi kelelahan atau stres berat dipicu oleh aktivitas seseorang. Burn out didefinisikan sebagai suatu sindrom dari kelelahan emosional, sinisme atau depersonalisasi dan penurunan prestasi pribadi.

Kelelahan emosional biasanya dijelaskan sebagai keadaan seseorang yang disebabkan oleh tuntutan emosi dan psikologis yang berlebihan yang menyebabkan seseorang terkuras energinya, dan biasanya diiringi dengan perasaan kecewaan maupun tekanan.

Sedangkan depersonalisasi merujuk pada sikap yang sinis, menganggap remeh terhadap sesuatu. Dan yang terakhir mengenai penurunan prestasi pribadi terjadi ketika seseorang menunjukkan perilaku yang kurang berkenan terhadap profesinya, serta merasa sebagai individu yang tidak kompeten pada profesinya.

Proses  Kejenuhan atau burnout mengubah seseorang dari segi psikologisnya, yang awalnya baik-baik saja, saat seseorang mengalami kelelahan emosional, merasa sinis atu depersonalisasi dan penurunan prestasi pribadinya. Kajian burnout berangkat dari ranah sosial seperti pekerja, perawat, polisi maupun masyarakat, dan sekarang berkembang di semua ranah termasuk dalam dunia pendidikan. 

Di pendidikan sering kali disebut dengan school burnout ataupun academic burnout. Kejenuhan pada siswa (student burnout) merupakan perasaan lelah, enggan belajar serta rasa rendah diri sebagai siswa.

Ketika siswa tidak mempunyai ketertarikan atau  kurang antusias untuk belajar tetapi mereka tidak dapat melakukannya, mereka akan merasa sakit dan lelah pikirannya, keadaan yang demikian disebut dengan kejenuhan belajar.

Kejenuhan belajar merupakan kondisi emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental ataupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan terkait dengan belajar yang meningkat.

Timbulnya kelelahan ini karena mereka bekerja keras, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, merasa terjebak, kesedihan yang mendalam, merasa malu dan secara terus-menerus membentuk lingkaran dan menghasilkan perasaan lelah dan tidak nyaman yang pada gilirannya meingkatkan rasa kesal, kelelahan fisik, kelelahan mental dan emosional. 

Beberapa definisi dan penejelasan sebelumnya, sudah cukup mewakili dan jelas menggambarkan apa yang disebut dengan kejenuhan (burnout). Pada intinya, kejenuhan (burn out) ialah kondisi di mana seseorang mengalami penurunan baik dalam segi minat, motivasi, kinerja maupun prestasinya.

Siswa yang mengalami kejenuhan belajar, (learning burnout) adalah siswa yang merasa lelah secara emosional, merasa sinis terhadap belajar serta penurunan prestasinya dalam belajar. 

Kejenuhan belajar bisa melanda siapapun, baik siswa dari segi tingkatan dari siswa sekolah dasar sampai dengan mahasiswa doktoral, ataupun jurusan yang diambil. Beberapa indikator kejenuhan belajar dapat terdeteksi ketika siswa atau seseorang mengalami kelelahan emosionalnya, merasa sinis, serta terjadi sesuatu pada efikasi akademiknya.

Untuk mengetahui kejenuhan belajar siswa perlu mengetahui indikator dari kejenuhan belajar itu sendiri. Adapun indikator dari kejenuhan belajar siswa ialah dapat dilihat dari: 

Kelelahan emosional (emotional exhaustion). Indikator ini, secara umum siswa mengalami kelelahan secara emosional, sikap atau perasaan yang dirasakan misalnya kurangnya antusias pada belajarnya dan mereka merasa lelah, nervous, dan merasa frustasi, serta mereka tidak dapat memfokuskan perhatiannya pada belajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: