Balita di Tegal Sering Makan Serpihan Tembok dan Tanah, Orang Tua: Belum Pernah Dibawa ke Dokter

Balita di Tegal Sering Makan Serpihan Tembok dan Tanah, Orang Tua: Belum Pernah Dibawa ke Dokter

Seorang balita di Kota Tegal memiliki kebiasaan aneh, yakni kerap mengkonsumsi serpihan-serpihan tembok dan tanah. Keanehan itu terjadi sejak masih berusia sekitar dua tahun itu, diduga karena orang tuanya jarang memberikan jajan, lantaran keterbatasan ekonomi. 

Kebiasaan yang dilakukan Veri Fernanda (3) kali pertama diketahui sang ibu. Anak pasangan Carmo (50) dan Umrotun Khasanah (41), warga Kelurahan Debong Lor Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal itu terlihat tengah mengorek-ngorek tembok dan memakannya saat sedang bermain sendiri. 

Umroatun mengungkapkan suatu ketika saat dia tengah memasak, Nando (panggilan sayang Veri Fernanda_red) bermain sendirian. Sambil mengawasi, dia kaget saat melihat anaknya itu tengah memakan serpihan tembok. 

"Saat itu, anak saya usianya dua tahun. Satu ketika saya tinggal masak dan dia bermain sendiri. Pas, saya lihat ternyata makan serpihan tembok di dalam rumah," katanya. 

Ternyata, kata Umroatun, tidak sekali itu saja. Kebiasaan itu rupanya berlanjut sampai sekarang. Bahkan, tidak hanya serpihan tembok, namun juga tanah. 

"Tidak hanya di dalam rumah, kalau main di luar, tanah yang dimakan, katanya enak. Ternyata keterusan sampai sekarang,"ujarnya. 

Menurut Umroatun, sebenarnya dia sudah berulang kali menegur anaknya itu. Namun, kalau tidak sedang di dalam pengawasan, anaknya kerap mengulangi kebiasaan itu, bahkan kalau dilarang dia nangis. 

Umroatun menambahkan, kebiasaan yang dilakukan itu, rupanya berdampak pada kesehatan Nando. Anaknya kerap mengeluhkan sakit pada bagian perutnya setelah memakan tanah.

Namun, karena keterbatasan ekonomi, belum pernah diperiksakan ke dokter. "Kalau sakit, paling saya berikan puyer. Belum pernah dibawa ke dokter," tandasnya. 

Umroatun menambahkan, dirinya tidak mengetahui secara pasti penyebab anaknya melakukan itu. Namun, dirinya mengaku memang jarang memberikan jajan karena tidak memiliki cukup uang. (muj/zul)

Sumber: