Pandemi Covid-19 Mungkin Jadi Endemi, Pemerintah Harus Siap-siap Produksi Vaksin Sendiri
Menghadapi kemungkinan pandemi Covid-19 menjadi endemi, anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto meminta Pemerintah meningkatkan jumlah vaksinasi. Pemerintah juga harus mendorong percepatan riset, pengujian, dan produksi vaksin merah putih
"Endemi adalah penyakit yang muncul dan menjadi karakteristik di wilayah tertentu, misalnya penyakit malaria di Papua. Contoh penyakit lainnya di Indonesia yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini akan selalu ada di daerah tersebut, namun dengan frekuensi atau jumlah kasus yang rendah," jelas Mulyanto.
Mulyanto melihat besar kemungkinan Covid-19 menjadi endemi di beberapa tempat. Hal tersebut terjadi karena penanggulangan kita tidak tuntas. Virus asal Wuhan, China, itu sudah terlanjur menyebar ke seluruh pelosok tanah air.
"Karena itu vaksinasi harus optimal. Cakupannya harus diusahakan lebih dari 70 persen penduduk," tegasnya, lewat keterangan resmi, Kamis (19/8).
Mulyanto memperkirakan penanganan Covid-19 ini membutuhkan waktu yang panjang. Oleh karena itu perlu ada pengulangan vaksin bagi masyarakat. Sementara bagi tenaga kesehatan perlu segera diberikan booster vaksin ketiga.
"Melihat kondisi ini maka pengadaan vaksin domestik yaitu vaksin merah putih sangat diperlukan. Kita harapkan September 2022 sudah dapat didistribusikan dan tidak boleh meleset. Bio Farma bersama LBM Eijkman sangat diharapkan dapat menuntaskan vaksin ini. Termasuk obat-obatan yang selama ini terbukti efektif dapat terus diadakan termasuk distribusinya ke daerah," paparnya.
Mulyanto menambahkan bahwa untuk menghadapi kemungkinan endemi itu masyarakat harus menyiapkan mental. Mulyanto mengibaratkan pandemi seperti orang berlari sprint sedangkan endemi seperti orang lari marathon. Artinya penanggulangan endemi butuh waktu dan nafas yang panjang.
"Dengan demikian prokes tidak bisa dihilangkan. Selain itu, peralatan testing PCR dan lab bio safety level-2 harus ada di semua provinsi, sehingga waktu pengujiannya cepat," tandas Mulyanto. (khf/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: