Kasus Covid-19 Melonjak, Vaksin Dosis Ketiga Dimungkinkan Bahkan Berbeda Merek
Tingginya angka kasus COVID-19 memunculkan wacana suntikan vaksin dosis ketiga. Direktur Utama (Dirut) PT Bio Farma, Honesti Basyir menyatakan, suntikan vaksin dosis ketiga sangat dimungkinkan.
Bahkan, boleh menggunakan merek vaksin yang berbeda dari dosis pertama dan kedua. Menurutnya, berdasarkan hasil uji klinis dan hasil pemantauan WHO, jika vaksin tersebut harus diberikan dalam dua dosis.
"Misalnya pada Sinovac atau AstraZeneca, makaharus dilengkapi dulu sampai dua dosis. Setelahnya, bisa berganti merek. Beda lagi nanti dengan vaksin ketiga yang sifatnya booster. Ini sebagai penguat. Itu boleh berbeda. Tapi vaksin pertama dan vaksin kedua sebagai kewajiban harus sama," kata Honesti di Jakarta, Kamis (8/7).
Hingga kini belum ada satu pun penelitian di dunia yang memastikan berapa lama masa proteksi vaksin kepada manusia. Saat ini masa proteksi vaksin masih dilanjutkan uji klinisnya.
"Seperti yang terjadi di kita di Bio Farma, kami melanjutkan uji klinis terhadap vaksin Sinovac untuk menjadi satu tahun. Ini untuk melihat apakah kemampuan proteksi dari vaksin ini bisa melebihi 6 bulan atau pun selama satu tahun," tuturnya.
Dia memprediksi vaksinasi Covid-19 bakal dilakukan rutin tiap tahunnya seperti vaksin Influenza. "Beberapa negara seperti Singapura, sudah menyatakan kemungkinan virus Covid-19 ini akan seperti virus flu. Di mana setiap tahun orang harus melakukan vaksinasi," jelasnya.
Terkait vaksinasi untuk anak usia 12 hingga 17 tahun sudah diperbolehkan dengan menggunakan Vaksin Sinovac. Ini berdasarkan hasil keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA).
Sementara itu, untuk usia 3-12 tahun, pihaknya mengaku masih menunggu hasil uji klinis di beberapa negara dengan jenis vaksin yang sama. Yakni Sinovac. "Kalau data klinisnya sudah cukup, kita akan segera masukkan ke BPOM untuk mendapatkan izin," terangnya.
Sementara itu, Ketua Peralmuni (Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia) Iris Rengganis menyatakan sedang menyusun laporan hasil penelitian terhadap pemberian dosis ketiga vaksin Sinovac kepada masyarakat.
"Memang ada penelitian di Bandung. Itu sudah selesai untuk Sinovac. Kita tunggu nanti biar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang memberi pengumuman karena sedang disiapkan laporannya. Apakah perlu vaksinasi dosis ketiga atau tidak," jelas Iris di Jakarta, Kamis (8/7).
Menurut Iris, beberapa negara lain telah mengizinkan penyuntikan vaksin berbeda merek kepada masyarakat, salah satunya Uni Emirat Arab (UEA) yang menyuntikan vaksin Pfizer sebagai dosis ketiga setelah dua kali penyuntikan vaksin Sinovac.
"Sebenarnya kalau dalam penelitian kedokteran, yang ideal adalah platform yang sama. Supaya hasilnya terlihat. Karena tidak ada farmasi yang mau mencampurkan dua macam merek berbeda dalam penelitiannya," terang Iris.
Khusus untuk Indonesia, Iris menyarankan agar kegiatan vaksinasi dimaksimalkan untuk dosis kedua. Sehingga tercapai target kekebalan kelompok sebanyak 70 persen dari total populasi.
Keputusan untuk memberikan vaksinasi ketiga, lanjut Iris, berpotensi mengurangi laju pencapaian target kekebalan kelompok. "Paling baik itu herd immunity dulu. Itu yang kita anjurkan. Agar suntikan pertama dan kedua merata," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: