Tuntut Klarifikasi dan Permintaan Maaf, Muhammadiyah: Pernyataan Ngabalin Ngawur dan Tuna Adab

Tuntut Klarifikasi dan Permintaan Maaf, Muhammadiyah: Pernyataan Ngabalin Ngawur dan Tuna Adab

Pernyataan Ali Mochtar Ngabalin yang menyebut Busyro Muqoddas berotak sungsang usai Busyro menyatakan KPK tamat di tangan Presiden Joko Widodo berbuntut panjang.

Diketahui, Ngabalin tidak setuju dengan pernyataan Busyro.

“Otak-otak sungsang seperti Busyro Muqoddas ini merugikan persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dan pendidikan umat yang kuat dan berwibawa, kenapa harus tercemar oleh manusia prejudice seperti ini,” tulis Ngabalin dikutip dari Fin.

Buntutnya, keluarga besar Muhammadiyah menuntut tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP) ini agar mengklarifikasi dan meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya yang menyebut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Muqoddas berotak sungsang. Pernyataan Ngabalin itu dinilai tuna adab.

“Kami menuntut Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin untuk mengklarifikasi dan menyampaikan maaf secara terbuka karena telah mencederai kredibilitas Bapak Busyro Muqoddas selaku Pimpinan Muhammadiyah maupun kepada Keluarga Besar Muhammadiyah yang terusik dan gerah dengan statemen ngawur tuna-adab,” ujar Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik, Pengurus Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (LHKP PWM DIY) Suwandi Danu, melalui keterangan tertulis, Jumat (14/5).

Suwandi juga meminta Presiden Jokowi agar mengontrol KSP agar tidak mengeluarkan pernyataan yang menyinggung publik. 

“Presiden harus mampu mengontrol KSP agar lebih beradab, sebagai representasi lembaga maupun lingkar dekat presiden,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto menilai, pernyataan Ngabalin tercela dan tidak punya adab.

“Mengatakan berotak sungsang itu sudah sangat mencela dan tidak beradab menurut saya,” kata Sunanto kepada wartawan, Jumat (14/5).

Sikap Ngabalin yang menyerang siapa saja yang mengkritik pemerintah, justru akan merusak citra Jokowi sendiri yang nyatakan terbuka menerima kritik.

“Kalau saya begini, kan prinsipnya begini bahwa di bangsa ini mengkritik boleh dengan alasan alasan yang kuat kan, tapi membalas kritik dengan mencerca yang saya kira tidak boleh dan itu merusak ritme bernegara,” kata Sunanto.

“Orang kalau nunjuk orang berotak sungsang itu sebenarnya dirinya yang sungsang, otaknya yang sungsang, kalau menunjuk orang otaknya sungsang berarti dirinya, karena kalau menunjuk orang itu, menunjuk berarti 4 jarinya ke diri kita, itu sebenarnya dirinya lagi ngomong bahwa otaknya lagi sungsang itu maksud saya,” sambungnya.

Dia mengatakan, seharusnya Ngabalin bisa menjawab kritikan Busyro dengan ilmiah. Bukan malah menyerang dengan umpatan kasar.

“Tidak melebar kepada serangan individu dengan mengerdilkan etika dan itu merusak citra Pak Jokowi juga karena menurut saya etika komunikasi Pak Jokowi kan santun gitu, santun dan tidak menjelekkan orang, ya diberesin aja,” imbuhnya.
(fin/ima)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: