Akui Kualitas Ilmu UAS Lebih Unggul, Gus Umar Bilang Tak Suka Gus Miftah Sejak Mulai Dikenal Publik
Setelah dirinya mengunggah video tengah membacakan puisi di dalam Gereja Bethel Indonesia atau GBI, nama penceramah muda Nahdlatul Ulama (NU) Miftah Mulana Habiburrahman atau Gus Miftah, ramai diperbincangkan publik.
Tokoh NU Umar Syadat Hasibuan atau Gus Umar termasuk salah satu dari banyak pihak yang menyindir Gus Miftah karena video tersebut.
Gus Umar mengatakan, dirinya lebih meyakini kualitas ilmu yang dimiliki Ustaz Abdul Somad dibanding Gus Miftah.
“Saya masih lebih percaya kualitas ustad Somad dibanding Miftah,” tulis Gus Umar singkat di Twitter-nya, dikutip Rabu (5/5).
Selain itu, Gus Umar juga mengatakan, di kalangan NU, tokoh yang dia kagumi itu Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.
Secara terang-terangan, dia mengaku tidak menyukai Gus Miftah semenjak dikenal publik.
“Dari semua tokoh muda NU yg dikenal luas. Cuma Gus Baha’ yang saya kagumi. Kalau Gus Miftah dari sejak mulai dikenal publik saya Gak pernah suka,” katanya dikutip dari Fin.
Gus Miftah Bukan Anak Kiai NU
Sebelumnya, putra Ulama besar NU, Almarhum Maimun Zubair, KH Muhammad Najih Maimoen atau Gus Najih ikut merespon video Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah yang berceramah di Gereja Bethel Indonesia atau GBI.
Gus Najih mengatakan, Miftah bukan anak dari Kiyai Nahdatul Ulama (NU), sehingga Miftah tidak layak dipanggil dengan sebutan Gus.
“Dia bukan Gus artinya bukan anak Kiai, ada juga Muwafiq juga bukan anak Kiyai. Gus Nuril juga bukan. Orang bukan anak Kiai tapi dinamakan Gus biar cepat tenar,” ujar Gus Najih dikutip dari kanal YouTube Ribath Darusshohihain, Selasa (4/5).
Gus Najih mengatakan, apa yang dilakukan Miftah merupakan ajaran dari Islam Nusantara yang dibawakan oleh Kiai Said Aqil Siradj yang mana memandang semua ajaran agama adalah sama.
“Ini dia bikin puisi di Gereja, di belakangnya ada salib. Dia mengatakan; di saat aku memegang tasbih kau memegang salib, aku ke Istiqlal kau ke Katredal. Ini namanya Islam Nusantara. Kalau Islam Nusantara yang baik, kita pertahankan seperti sowan-sowan kepada orang tua. Kalau di Gereja itu Islam Nusantara, islamnya bikinan Said Aqil,” kata Gus Najih.
Dia menilai bahwa cara seperti yang dilakukan Miftah merupakan cara kekufuran dan kesyirikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: