Tabah sampai Akhir
Saya bukan penyelam. Saya bukan orang yang bisa disiplin dan tabah seperti itu.
Maka terjawablah mengapa 53 prajurit di kapal selam Nanggala tidak membuka pintu darurat. Itu sama dengan bunuh diri.
Kapal selam adakah kapal yang ukurannya serba dibatasi. Untuk kepentingan kecepatan dan kemampuan jelajah. Bagi yang sudah masuk kapal selam di museum kapal selam di dekat mal Surabaya Plaza bisa membayangkan itu.
Tidak banyak ruang di situ. Tempat tidur harus ditumpuk agar bisa dua susun. Itu pun harus dilipat kalau lagi bukan jam tidur. Demikian juga meja makan. Hanya bisa digunakan kalau lagi jam makan. Setelah itu harus dilipat –agar terbentuk ruangan.
Maka salat di kapal selam pun harus dilakukan sambil telentang. Di lantai. Atau di tempat tidur. Karena itu kalau kapal lagi berhenti di pangkalan, banyak awak yang memilih salat di atas kapal –seperti foto yang banyak beredar.
Kapal selam tenggelam, adalah berita dunia. Maka nama Indonesia kini jadi pembicaraan global.
Ini memang tragedi yang sangat menyentuh hati dunia. Juga hati kita semua. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: