Tanah Bergerak Rusak 24 Rumah Warga di Pemalang, Penghuninya Masih Nekat Bertahan

Tanah Bergerak Rusak 24 Rumah Warga di Pemalang, Penghuninya Masih Nekat Bertahan

Hujan deras yang sewaktu-waktu mengguyur RT 07 RW 04 Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang masih menghantui warganya. Mereka khawatir hujan akan kembali menyebabkan bencana tanah bergerak, dan kembali merusak rumahnya. 

Itulah antara lain yang paling ditakuti salah seorang warga, Astuti (37). Dia menjadi salah seorang dari puluhan keluarga yang terdampak bencana geologi tanah bergerak di permukiman.

Meski bangunan rumahnya saat ini mengalami kerusakan parah, dia bersama suami dan kedua anaknya, tetap memilih menempatinya. Miris, Astuti mengaku tak punya pilihan lain.

Rumah Astuti bahkan bagian salah satu dinding rumahnya runtuh, lantai ambles, dan sejumlah bagian dinding juga retak-retak. 

"Kalau hujan sebenarnya takut, tapi nggak punya pilihan lain,  adanya rumah ini jadi ya disini saja, anak-anak juga tidak mau mengungsi," kata Astuti saat ditemui radartegal.com di rumahnya, Selasa (6/4). 

Ia menceritakan, rumahnya semula hanya mengalami retak-retak. Namun lama-kelamaan kerusakan itu semakin meluas hingga merobohkan bangunan.

"Puncaknya terparah bulan Maret, terjadinya pagi hari, sampai tembok samping ambruk," ujarnya.

Ketua RT setempat Uminingsih mengatakan, bencana tanah bergerak mulai terjadi sejak awal musim hujan, atau Desember 2020. Bencana itu diakuinya cukup parah. 

"Total ada 24 rumah yang rusak, dan satu rumah sudah dirobohkan karena ambruk," katanya. 

Tanah bergerak di permukiman itu, menurut Uminingsih, juga sudah memindahkan pohon aren sejauh 30 meter dari lokasi semula. 

Adapun rumah-rumah warga yang terdampak sebagian besar berada di sisi tebing dengan jalanan curam menurun. Terlihat pula beberapa akses jalan mengalami keretakan. 

Untuk berjaga-jaga, posko tanggap darurat juga kemudian didirikan di rumah ketua RT. Bila pergerakan tanah kembali datang, warga pun diharapkan bisa mengungsi. (sul/zul)

Sumber: