Harga Kayu Jati Naik 50 Persen, Perajin Mebel Berharap Ada BUMDes
DUKUHTURI - Di masa pandemi, nasib perajin mebel mulai memprihatinkan karena harga kayu jati naik sekitar 50 persen. Para perajin sangat berharap ada pendampingan dari pemerintah, minimal ada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk menampung hasil kerajinannya.
Perajin mebel asal Desa Pekauman Kulon Kecamatan Dukuhturi Imam Subani (54), Kamis (25/3) mengatakan, dari dulu dirinya sangat berharap ada BUMDes. Itu sebagai wadah untuk menyalurkan hasil karya para perajin mebel. Dirinya menjadi perajin mebel sudah berlangsung hingga puluhan tahun. Biasanya, dia membuat kursi, almari, tempat tidur dan kerajinan lainnya.
Untuk mendapatkan bahan baku, dirinya mengaku tidak kesulitan. Hanya saja, dia harus merogoh koceknya lebih dalam karena harga kayu jati naik. Sebelumnya, harga kayu jati hanya Rp3 juta perkubik. Namun sekarang sudah mencapai Rp4,5 juta perkubik.
Jika diolah untuk kerajinan, satu kubik bisa mendapatkan 3 unit lemari. Harga jual 1 lemari beragam. Mulai dari Rp2 juta hingga Rp2,5 juta.
"Itu belum dipotong untuk bayar karyawan. Perharinya, satu orang karyawan Rp70.000 sampai Rp100.000. Kalau dirinci, sebenarnya penghasilan kami sedikit. Tapi ya tetap kami syukuri," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pekauman Kulon Sunarto mengaku siap mendirikan BUMDes di desanya. Untuk mengawalinya, Sunarto akan mengumpulkan seluruh pengusaha mebel di desanya yang berjumlah 35 orang guna menampung aspirasi sekaligus musyawarah rencana mendirikan BUMDes.
Sesuai dengan visi misinya, dirinya akan menyejahterakan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. (guh/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: