Kereennn, Pemuda Asal Tegal Ini Hampir Empat Tahun Jadi Imam Masjid di Uni Emirat Arab (UEA)

Kereennn, Pemuda Asal Tegal Ini Hampir Empat Tahun Jadi Imam Masjid di Uni Emirat Arab (UEA)

Kemampuan pengetahuan beragama Islam milenial di Kabupaten Tegal ternyata tak kalah dengan daerah lainnya. Buktinya salah seorang pemuda asal Desa Lemah Duwur Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal, Andi Purnomo (31), saat ini didaulat menjadi imam masjid di salah satu negara timur tengah, Uni Emirat Arab (UEA).

Bukan perkara mudah untuk bisa menjadi imam masjid di negara yang bertetangga dekat dengan Arab Saudi itu. Tidak hanya pengetahuan agama Islam, tapi juga kemampuan berbahasa arab dan asing lainnya, serta hafal Alquran.

Menurut Andi, bersama 100-an lebih peserta lainnya dari seluruh penjuru Tanah Air, dia mengikuti seleksi imam masjid pertengahan 2017 lalu di Jakarta. Seleksinya pun tak sembarangan, karena penilainya merupakan perwakilan langsung Kementerian Urusan Islam dan Wakaf Abu Dhabi, UEA.

"Sempat grogi juga sih waktu itu, apalagi nama saya yang dipanggil kali pertama oleh tim penguji. Awalnya agak pesimis, karena peserta tes ada 100 orang lebih dari berbagai penjuru Tanah Air dengan beragam latar belakang pendidikan," katanya, Kamis (18/3) malam.

Setiap peserta, papar Andi, saat itu dites dan diinterview dengan bahasa arab. Antara lain hafalan Alquran secara random, membaca teks khutbah berbahasa arab, dan pertanyaan-pertanyaan tentang fikih. 

"Alhamdulillah berkat doa orang tua, para kiai, guru, dosen dan teman-teman, saya termasuk dalam daftar 14 nama-nama peserta yang lolos. Saya hanya bisa meneteskan air mata haru dan bahagia," tambah mahasiswa program magister Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.  

Begitu tiba di Abu Dhabi Agustus 2017 silam, ungkap Andi, dia diantar salah seorang staf Kementerian Urusan Islam dan Wakaf Abu Dhabi, UEA ke Kota Fujairah. Sebelum resmi bertugas, semua imam dari berbagai negara harus menjalani pelatihan selama beberapa bulan, sebelum ditempatkan di masjid yang ditetapkan.

"Saya ditempatkan di Masjid Malik bin Abi Salim di Kota Fujairah, sekitar satu setengah jam dari Kota Dubai. Tidak hanya menjadi imam, saya juga ditugaskan sebagai khatib salat Jumat," ujar anak ke-9 dari 11 bersaudara putra putri H. Rodja dan Ibu Hj. Jamilah ini.

Menurut Andi, teks khutbah salat Jumat seluruh masjid di UEA diseragamkan dan ditentukan Kementerian Urusan Islam dan Wakaf Abu Dhabi. Selain itu, saat berkhutbah juga diharuskan direkam, dan hasilnya dilaporkan ke Kementerian Urusan Islam dan Wakaf untuk meghindari, mencegah, dan mengawasi paham-paham yang ekstrem.

Ditambahkan Andi, hampir 95 persen khutbah Jumat di masjid-masjid di UEA disusun dengan bahasa arab. Tetapi ada beberapa masjid yang telah ditentukan menggunakan bahasa selain arab seperti Inggris, Urdu, Spanyol, dan bahasa isyarat.

Andi mengungkapkan Pemerintah UEA memberikan fasilitas dan kebutuhan yang memadai bagi para imam masjid di negaranya. Di antaranya tempat tinggal, asuransi kesehatan, dan asuransi pendidikan.

"Pendapatan per bulannya, inshaAllah lebih dari cukup bagi ukuran masyarakat Indonesia," ungkapnya.

Di Kota Fujairah, bersama istri dan seorang anaknya, tidak membuat Andi melupakan Indonesia, apalagi kampung halamannya. Menurutnya, tinggal di negeri orang membuat kaya akan pengalaman, memperluas wawasan, memahami ragam pola pikir, cerita, dan budaya, serta meningkatkan konektivitas global dengan beragam individu dari berbagai belahan dunia.

"Harapannya, jalan hidup saya ini bisa menginspirasi generasi muda Indonesia, utamanya milenial di Kota dan Kabupaten Tegal untuk optimis dan berani tampil di dunia Internasional," pungkasnya. (muj/guh/zul)

Sumber: