Pemerintah Legalkan Investasi Miras, Rocky Gerung Singgung Soft Power dan Al Capone

Pemerintah Legalkan Investasi Miras, Rocky Gerung Singgung Soft Power dan Al Capone

Industri minuman keras ditetapkan sebagai daftar positif investasi yang dapat dilakukan secara terbuka.

Hal ini tertuang di Perpres Nomor 10 Tahun 2001 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal, Beleid dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Menanggapi hal ini, Pengamat Politik Rocky Gerung menilai, kebijakan itu awal dari dimulainya efek negatif Omnibuslaw yang sejak awal dicurigai disponsori korporasi besar demi leluasanya berinvestasi di Indonesia.

Rocky pun mengungkit era Alphonse Gabriel Al Capone, gengster Amerika, pemimpin sindikat kejahatan sejak awal 1920. Al Capone aktif sebagai pembuat minuman keras dan kegiatan ilegal lainnya seperti pelacuran di Chicago.

“Dulu kita curigai, Omnibuslaw itu disponsori korporasi besar untuk investasi, termasuk investasi miras. Kan ini jadi seperti zamannya Al Capone itu, yang nanti seluruh masyarakat dikondisikan untuk mabok,” kata Rocky dalam channel Youtubenya Rocky Gerung Official, Senin (1/3/2021).

“Di dalam tradisi politik, kita tahu bahwa minuman keras bisa jadi soft power untuk menguasai sebuah bangsa, bikin mabok aja sehingga lupa untuk beroposisi, bikin mabok aja supaya punah bangsa itu. Jadi tetap poin-poin itu harus dihitung sebagai variabel buruk dari legalisasi bahkan mengundang investasi besar-besaran,” sambung Rocky dikutip dari Fajar.

Menurut Rocky, kebijakan dibukanya investasi miras disebabkan pemerintah yang bisa melihat kebiasaan masyarakat. Tidak menutup kemungkinan, kata dia, kebijakan lain yang serupa bisa saja dikeluarkan lagi.

“Saya anggap ini satu logika lurus dari kedunguan kebijakan, nanti ada lagi perpres lain yang berupaya untuk mengintip mana sebetulnya menjadi kebiasaan rakyat. Nonton video porno? Oke kalau begitu diproduksi video porno kalau begitu. Jadi pemerintah membaca algoritma pembicaraan publik lalu ambil kesimpulan yang seolah-olah gak ada beban sosial, beban kriminalitas apalagi beban moral,” bebernya.

“Orang kalap itu seluruh ambisinya tumpah di depan publik. Tapi saya justru enak-enak saja melihat satu persatu seluruh analisis kita akan tiba pada kesimpulan bahwa pemburukan kekuasaan terbaca dari kebijakan yang dikeluarkan hari-hari ini. Pembusukan politik di dalam rezim,” sambung Rocky Gerung.

Alur pemikiran pemerintah terkait kebijakan izin investasi miras menurut Rocky, tergambar ketamakan. Alasan untuk menaikkan anggaran negara, dinilai Rocky sebuah keretakan.

“Jadi jalan pemikiran pemerintah itu betul-betul terbaca sebagai orang tamak, nggak mampu lagi untuk naikkan profit, untuk naikkan ekonomi lalu cari jalan pintas, kenapa? Karena miras dianggap ada marketnya untuk tersedia pasar, jadi ya udah tinggal lakukan itu,” jelasnya.

“Bagian ini saya lihat bukan sekadar keretakan etik tapi keretakan otak pemerintah itu,” pungkasnya. (mg9/fajar/ima)

Sumber: