Sulit Vaksin
Oleh: Dahlan Iskan
PEMERINTAH memang harus lebih sabar –pun soal vaksinasi. Saya sendiri sudah mencoba tapi memang tidak mudah.
Begitu banyak alasan yang mereka sampaikan untuk tidak percaya vaksinasi. Umumnya mereka terpengaruh medsos.
Saya coba jelaskan satu per satu apa saja yang mereka ragukan. Dengan penjelasan singkat tapi telak. Toh mereka berpendidikan sarjana.
Satu persoalan selesai –mereka tidak bisa membantah lagi– dimunculkan keraguan kedua. Saya coba jelaskan lagi. Selesai? Belum. Mereka munculkan terus keraguan yang lain.
Terus begitu.
Saya mencoba untuk tidak emosi. Saya menyadari itulah realitas masyarakat kita.
Tapi akhirnya, di ujung pembicaraan yang panjang itu, saya tidak bisa lagi menjelaskan apa-apa. Yakni ketika akhirnya mereka mendasarkan keraguan itu dengan alasan ayat-ayat Alquran.
Saya memang lulusan Madrasah Aliyah. Tapi kalau saya harus terlibat perdebatan soal ayat-ayat Alquran, saya pilih diam. Terlalu banyak energi yang akan terkuras.
Harus ada cara lain yang lebih bijaksana menghadapi kenyataan seperti itu. Maka untuk vaksinasi pertama di Indonesia nanti –minggu depan– pasti sudah diputuskan. Siapa saja yang mendapat vaksin pertama. Tentu tidak hanya Presiden Jokowi. Tentu juga tokoh-tokoh agama yang kredibel.
Dan itu bukan hanya problem Indonesia. Jadi, tenang saja. Itu problem seluruh dunia. Sampai Paus di Vatikan pun harus mengeluarkan fatwa ''halal'' vaksinasi Covid-19 bagi umat Katolik.
Bahkan di Amerika sampai terjadi sabotase. Yang melakukan justru seorang apoteker. Disebut sabotase karena ia dengan sengaja melakukannya.
Namanya: Stephen Brandenburg.
Umur: 46 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: