Gawat, Sebulan Penderita Covid-19 di Indonesia Bertambah Lebih dari 100 Ribu Orang

Gawat, Sebulan Penderita Covid-19 di Indonesia Bertambah Lebih dari 100 Ribu Orang

Jumlah kenaikan kasus aktif COVID-19 di Indonesia sebulan terakhir sudah mencapai lebih dari 100.000 orang. Pemerintah menyatakan hal ini tak dapat ditoleransi lagi.

Semua pihak harus semaksimal mencegah agar nantinya tidak sulit dikendalikan

"Kenaikan kasus aktif tentunya sangat mengkhawatirkan. Tren peningkatan kasus aktif semakin cepat. Hal ini tidak dapat ditoleransi. Alarm bagi kita semua. Jangan sampai di kemudian hari semakin sulit dikendalikan. Ini tidak boleh terjadi," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito di Jakarta, Selasa (22/12).

Menurutnya, perkembangan kenaikan kasus aktif di Indonesia menunjukkan tren yang memburuk. Sebab, sudah menembus angka lebih dari 100 ribu kasus dalam waktu 1 bulan. Yakni dari November hingga Desember 2020.

Tercatat pada pertengahan November 2020 kasus aktif COVID-19 di Indonesia adalah 54.804. Kemudian, pada 22 Desember 2020 tercatat kasus aktif mencapai 103.329. Sedangkan per Senin (21/12) kasus aktif mencapai 104.809 kasus.

Kenaikan kasus aktif dari 10 ribu menjadi 30 ribu kasus membutuhkan waktu 3 bulan. Selanjutnya hanya dibutuhkan waktu 2 bulan dari kasus aktif 30 ribu menjadi 60 ribu kasus pada Agustus sampai November.

"Tingginya kasus aktif ini karena ada penularan di masyarakat.  Karena itu, disiplin 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak) wajib dilakukan. Sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan harus diterapkan," ucap Wiku.

Dia meminta deteksi dini dan treatment pasien COVID-19 harus benar-benar diperhatikan oleh pemimpin daerah. Terutama untuk memastikan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai standar. Sehingga dapat meningkatkan angka kesembuhan sekaligus menekan angka kasus aktif.

Sementara bagi pasien COVID-19, juga harus mengikuti seluruh anjuran tenaga kesehatan. "Kedisiplinan masyarakat mengikuti treatment yang sudah ditentukan akan meningkatkan peluang kesembuhan. Sangat disayangkan terdapat tren penurunan angka kedispilinan penerapan protokol kesehatan," pungkas Wiku. (rh/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: