Pemda Harus Segera Racik Strategi Hadapi Resesi

Pemda Harus Segera Racik Strategi Hadapi Resesi

Ipong mengakui, kontraksi ekonomi yang terjadi di Jabar lebih tinggi dari nasional. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua di Jabar mencapai minus 5,98 persen, lebih tinggi dari nasional yang minus 5,05 persen. Demikian pula pada triwulan ketiga mengalami minus 4,08 persen, lebih tinggi dari nasional yang minus 3,49 persen.

"Penurunan kinerja ekonomi Jabar ini dipengaruhi oleh kebijakan yang lebih besar di luar kendali Pemprov Jabar seperti PSBB Jakarta," jelasnya.

Namun, tambah Ipong, bila melihat secara lebih detail ia melihat ada beberapa sektor yang masih tumbuh dan bisa menjadi pemicu pemulihan dan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi ini.

"Sektor informasi dan komunikasi masih bertumbuh 1,73 persen. Selain itu, kekuatan ekonomi Jabar juga ditopang oleh UMKM, ketahanan pangan, dan posisi Jabar sebagai pusat manufaktur nasional. Semua ini menjadi trigger pemulihan ekonomi," kata Ipong.

Khusus UMKM, ipong menjelaskan, saat ini Komite Pemulihan Ekonomi Jabar tengah melakukan percetapan digitalisasi ekonomi. Dalam pandangan KPED Jabar, pada masa pandemi, kebutuhan digitalisasi semakin meningkat. Saat ini sedang melakukan pendataan terhadap UMKM yang mendapatkan stimulus dari pemerintah untuk dipilah UMKM yang bisa dilakukan digitalisasi dan yang tidak.

"Baru 13 persen UMKM yang masuk digitalisasi. Masih banyak yang belum karena UMKM ini yang terbanyak di sektor mikro. Kami sedang mengembangkan keunggulan ekonomi berbasis wilayah supaya bisa melakukan perdagangan intra. Sedang dibuatkan model-model bisnis barunya," pungkasnya. (mg1/drx/zul)

Sumber: