Sudah 162 Dokter Gugur Akibat Covid-19, Terakhir Dokter Muda Tanpa Kormobid
Seorang dokter kembali gugur usai terjangkit COVID-19. Total sudah lebih dari 160 dokter yang gugur dalam upaya penanganan virus Sars-CoV-2.
Humas Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Indonesia (PB IDI), Halik Malik mengatakan dokter yang gugur adalah Ketua Tim Percepatan Partisipasi Masyarakat Penanggulangan COVID-19 PB IDI, Andrianto Purnawan. Pria berusia 38 tahun itu meninggal dunia di Rumah Sakit Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (18/11), karena COVID-19.
"Mohon doa dan maaf untuk dr. Andrianto Purnawan SpBS (Ketua Tim Percepatan Partisipasi Masyarakat untuk Penanggulangan COVID-19 PB IDI), meninggal kemarin (18/11) pukul 10.56 di RS Soetomo (Surabaya), setelah sekitar 15 hari dirawat karena COVID-19," demikian pernyataan Halik Malik, Kamis (19/11).
Dikatakan Halik, semasa hidup mendiang Andrianto dikenal sebagai sosok yang ramah dan ceria termasuk kepada para juniornya. Selama pandemi COVID-19, dirinya mengaku beberapa kali bertemu dengan almarhum.
"Sepanjang pandemi ini beberapa kali saya sempat bertemu dengan almarhum di kantor PB IDI. Dokter TOP begitu beliau akrab kami sapa adalah sosok yang ramah dan ceria termasuk kepada saya yang lebih junior, bekerja dengannya membuat semua urusan rasanya lebih mudah," ujarnya.
Dijelaskannya, Andrianto aktif di Satuan Tugas Penanganan COVID-19 PB IDI. Almarhum juga terlibat dalam penggalangan donasi APD dari berbagai pihak kepada dokter di daerah.
Bahkan sering melakukan edukasi kepada masyarakat antara lain melalui tulisannya di media dan mengisi serial diskusi online seputar pencegahan COVID-19.
"Sejak muda memang sudah dikenal sebagai aktivis di lembaga kesehatan mahasiswa Islam dan aktif dalam berbagai pelayanan sosial kebencanaan di Indonesia. Sungguh kami merasa kepergiannya merupakan kehilangan yang sangat besar," ungkap Halik.
Andrianto yang memiliki spesialisasi bedah saraf itu tercatat sebagai anggota bidang hubungan lembaga pemerintah dan media massa PB IDI periode 2019-2021. Pria asal Malang itu kali terakhir bertugas di RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah.
Kabar wafatnya Andrianto juga disampaikan Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi. "Betul meninggal akibat COVID, setelah dirawat selama 15 hari di RS Soetomo Surabaya," ujarnya, Kamis (19/11).
Dikatakan Adib, almarhum tak memiliki kormobid atau penyakit bawaan. "Beliau tidak komorbid, dokter usia muda, tidak ada komorbid. Berarti menjadikan (COVID-19) suatu hal yang menjadi risiko pada tenaga medis dan kesehatan," ujarnya.
Sebelumnya, Adib juga mengatakan hingga, Minggu (15/11), sudah 162 dokter gugur. Lonjakan angka kasus positif COVID-19 di Indonesia begitu berpengaruh terhadap angka kematian dokter.
Lonjakan ini salah satunya disebabkan lantaran kondisi dan aktivitas masyarakat. "Bulan Mei kenaikan lonjakan 20 persen, bulan Agustus 10 persen, dan saat ini sudah ada kemungkinan lonjakan kasus salah satu faktornya adalah hal-hal yang berkaitan dengan mobilitas masyarakat," tegasnya.
"Kasus positif rate yang terjadi di masyarakat juga berdampak pada lonjakan kasus kematian, kesakitan yang pada dokter dan tenaga kesehatan," sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: