Dua Vaksin Covid-19 yang Dikembangkan Unair Siap Diluncurkan

Dua Vaksin Covid-19 yang Dikembangkan Unair Siap Diluncurkan

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya saat ini tengah mempersiapkan peluncuran dua vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkannya. Kedua vaksin itu yakni vaksin Merah Putih dan oral.

Rektor Unair Mohammad Nasih mengtakan, bahwa peluncuran kedua vaksin tersebut bukan untuk digunakan, akan tetapi untuk menuju uji klinis ke tahap selanjutnya. Peluncuran rencananya dilakukan pada Dies Natalis Unair ke-66.

"Ada dua vaksin yakni Vaksin Merah Putih dan vaksin oral yang telah memasuki tahap ketiga dari keseluruhan tahapan pengembangan vaksin," kata Nasih, Jumat (6/11).

Menurut Nasih, peluncuran kedua vaksin, obat covid-19 dan reagen tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kemajuan yang telah dihasilkan dari penelitian Unair yang dikembangkan bersama beberapa perguruan tinggi lain di Indonesia.

"Kalau menunggu vaksin tersebut selesai dan digunakan, ya tahun depan. Prediksinya Maret atau April 2021 vaksin ini akan tuntas kalau semua berjalan dengan lancar," ujarnya.

"Vaksin tersebut dikembangkan kerja sama Institute of Tropical Disease (ITD) Unair dan London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris," imbuhnya.

Nasih menjelaskan, bahwa vaksin oral covid-19 berbentuk tablet yang dapat diminum dan bertujuan meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia (imunitas) melawan virus. Menurutnya, hal itu sedikit berbeda dengan obat yang menargetkan virusnya secara langsung.

"Melihat model kayaknya yang oral akan bisa lebih mudah. Vaksin diperlukan banyak aktivitas dan proses-proses, sementara oral relatif tidak banyak. Namun hasilnya harus dievaluasi dari segei efek samping dan semua harus aman," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Indonesia Bambang PS Brodjonegoro mengharapkan, ada standardisasi uji klinis nasional termasuk untuk obat, terapi, dan vaksin. Hal ini untuk memudahkan kegiatan pengembangan hingga hilirisasi riset.

"Perlunya standardisasi untuk 'clinical trial' (uji klinis) secara nasional, ini menjadi sangat mendesak," kata Bambang.

Menurut Bambang, perusahaan farmasi memiliki semangat inovasi tinggi. Namun, mereka menghadapi tantangan dalam melakukan uji klinis. Karena itu, perlu ada standardisasi untuk memudahkan mereka dalam melakukan kegiatan riset dan pengembangan serta inovasi ke depan.

Bahkan, perusahaan-perusahaan farmasi tersebut menyarankan agar Indonesia memiliki semacam pusat nasional untuk uji klinis (national center for clinical trial).

"Jadi, clinical trial untuk tingkat nasional yang artinya termasuk bagaimana menentukan 'ethical clearance' (kelayakan etik) dan proses uji klinis. Sehingga, semuanya terstandar dan kalau semua standar akan memberikan kepastian dan semangat inovasi yang lebih tinggi," pungkasnya. (der/zul/fin)

Sumber: