Jumlah Petani Hanya Tersisa 33,4 Juta Orang, Julukan Indonesia Negara Agraris Bisa Hilang
Julukan negeri agraris bagi Indonesia tampaknya perlahan-lahan akan mulai luntur. Kondisi ini diperkuat dengan makin tergerusnya jumlah angkatan petani muda, sebagai regenarasi pendorong pada sektor pertanian nasional.
Bahkan, Negeri yang dikenal sangat subur ini diprediksi bakal mengalami krisis petani dalam kurun waktu 10-15 tahun ke depan. Ya, dalam tiga tahun belakangan ini saja, jumlah petani di Indonesia terus mengalami penurunan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020 ada sekitar 33,4 juta petani yang bergerak di semua komoditas sektor pertanian. Angka tersebut jumlahnya jauh lebih kecil jika dibandingkan jumlah petani pada 2019 yang mencapai 34,58 juta.
Jika dibanding 2018 jumlah itu juga turun yang tercatat 35,70 juta orang. Tak pelak jika regenerasi petani butuh perhatian serius dari pemerintah untuk menghadirkan petani baru yang berusia muda penting dilakukan sebagai bentuk antisipasi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tegas mengajak para pemuda tidak lagi malu dan gengsi untuk menjadi petani. Menurutnya, minat pemuda menjadi petani menjadi harapan sebagai langkah regenerasi profesi tersebut.
"Saya berharap keberadaan forum petani organik muda saat ini dapat mengajak lebih banyak anak-anak muda untuk kembali bertani, tidak malu, tidak gengsi," kata Jokowi, Sabtu (31/10) kemarin.
Jokowi menuturkan, bahwa Indonesia memiliki potensi pengembangan pertanian organik melalui sejumlah inovasi. Inovasi itu mencakup seluruh proses industri pertanian mulai dari proses penanaman, pemeliharaan, pengolahan, branding, pengemasan (packaging), hingga pemasaran.
"Saya yakin, jika pemuda ikut terjun melakukan inovasi pertanian maka Indonesia bisa terbebas dari impor pangan dan sebaliknya menjadi eksportir," ujarnya. (der/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: