Bupati Tegal Sambang Petani Milenial yang Mendadak Tenar asal Desa Dukuhwaru

Bupati Tegal Sambang Petani Milenial yang Mendadak Tenar asal Desa Dukuhwaru

Pria bernama Tarmuji (24) mendadak dikenal di kalangan birokrasi dan petani. Karena meski masih muda, tetapi Tarmuji tidak malu menjadi petani. 

Tarmuji mengisahkan, awalnya bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik motor di Jakarta. Hingga akhirnya memutuskan berhenti bekerja dan kembali ke kampung halaman. Berbekal ilmu dari Youtube, Tarmuji belajar teknik dan cara bertani. 

"Kerja di pabrik itu menggunakan sistem kontrak. Saya berpikir, bagaimana jika nanti kontrak saya habis dan tidak diperpanjang. Sehingga saya memutuskan berhenti bekerja dan kembali ke Tegal dengan modal tabungan gaji Rp15 juta," katanya. 

Pria asal Desa Dukuhwaru, dengan 
modal Rp15 juta, mulai memberanikan diri bertani. Namun, di perjalanan impiannya menjadi seorang petani tidaklah mudah. Dirinya beberapa kali gagal sampai modal Rp15 juta habis. 

"Saya kira bertani itu sangat mudah, seperti yang ada di Youtube. Ternyata tidak sesuai ekspektasi saya, berkali-kali saya gagal sampai modal habis tak tersisa," tuturnya. 

Kegagalan yang dialaminya, tidak membuat dirinya putus asa. Sebaliknya, kegagalan tersebut menjadi motivasi untuk lebih bersemangat lagi. Hingga akhirnya mulai memberanikan diri beternak cacing. Selain berternak cacing, dirinya juga menanam padi jenis ketan. 

Tidak disangka, dari hasil penjualan padi tersebut, Tarmuji berhasil membeli tiga ekor sapi serta satu sepeda motor roda tiga untuk mengangkut hasil pertaniannya. Waktu beternak cacing, banyak tetangga yang mem-bully. Kenapa harus cacing, kenapa tidak sekalian saja memelihara keong dan ulat. Kendati sering di-bully, tetapi dia tidak patah arang. 

Dirinya bahkan kemudian dilirik oleh ketua kelompok tani dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal. Berkat usahanya, dirinya lolos menjadi salah satu peserta Program Magang dengan Asosiasi Petani Jepang selama sebelas bulan pada tahun 2019 lalu. 

Program magang tersebut merupakan program yang digagas oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP). 

"Selama di Jepang saya belajar pertanian, peternakan dan perkebunan hingga mengolah sampai produknya jadi ke tangan konsumen. Selain itu, saya juga diajarkan etos kerja. Di sana semangat bekerjanya sangat tinggi begitupun dalam hal kedisiplinannya," ujarnya.

Setelah mengikuti program magang di Jepang, bulan Februari 2020 lalu, Tarmuji pulang ke Indonesia dan menerapkan ilmu yang didapat di negeri sakura itu. Seperti memadukan pertanian dengan peternakan. Limbah hasil pertanian berupa daun jagung dan padi diolah Tarmuji dengan sistem silase untuk pakan kambing. 

Tarmuji menjelaskan, sistem silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan dan disimpan dalam kantong plastik yang kedap udara atau silo, drum dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Proses silase ini melibatkan bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu. 

"Satu drum silase ini bisa digunakan untuk pakan 50 kambing dalam sehari. Dengan sistem silase ini kita tidak perlu repot untuk mencari pakan setiap harinya," terangnya. 

Pada momentum Hari Sumpah Pemuda ini, Tarmuji mengajak para generasi muda untuk tidak malu terjun ke dunia pertanian. Menurutnya bertani itu sangat keren. Jika anak muda terjun ke pertanian, otomatis pertanian akan maju karena gudangnya inovasi ada di pemuda. 

Sumber: