7.000 Tentara Prancis Disiagakan Jaga, Jalan,Tempat Ibadah, dan Sekolah
"Indonesia menyampaikan simpati dan duka cita mendalam kepada korban dan keluarga korban," demikian keterangan Kemenlu.
Menyusul aksi kekerasan tersebut, KBRI Paris dan KJRI Marseille segera berkoordinasi dengan aparat setempat serta simpul-simpul WNI termasuk Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) untuk memastikan kondisi para WNI.
"Hingga saat ini, tidak terdapat informasi adanya korban WNI dalam serangan tersebut," lanjut Kemlu.
Sementara itu, Perwakilan Tinggi PBB untuk Aliansi Peradaban, Miguel Angel Moratinos, menyeru dunia untuk saling menghormati semua agama dan kepercayaan. Menurut dia, sikap ini penting guna mengembangkan budaya persaudaraan dan perdamaian.
Moratinos menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya ketegangan dan contoh intoleransi yang dipicu oleh majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo yang menerbitkan karikatur satire yang menggambarkan Nabi Muhammad.
"Karikatur yang menghasut juga telah memprovokasi tindakan kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, yang diserang karena agama, kepercayaan atau etnik mereka," kata Moratinos.
Moratinos menggarisbawahi, bahwa penghinaan terhadap agama dan simbol-simbol suci agama telah memprovokasi kebencian dan ekstremisme kekerasan. Kondisi itu pada gilirannya mengarah pada polarisasi dan fragmentasi masyarakat.
Moratinos pun menegaskan, bahwa kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan cara yang sepenuhnya menghormati keyakinan agama dan prinsip semua agama.
"Tindakan kekerasan tidak dapat dan tidak boleh dikaitkan dengan agama, kebangsaan, peradaban, atau kelompok etnik apa pun," ujarnya.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menilai, mengenai dukungan Presiden Prancis terhadap penerbitan kartun Nabi Muhammad sebagai tindakan bodoh dan penghinaan bagi Islam.
Ali Khamenei sangat menyayangkan ucapan Macron yang justru melindungi aktivitas penistaan agama. Dalam Islam, menyamakan Nabi Muhammad dengan gambar makhluk apapun merupakan bentuk penistaan. Dia menyebut langkah Macron sebagai tindakan bodoh serta berpotensi memicu perpecahan.
"Tanyakan presiden Anda mengapa mendukung penghinaan terhadap utusan Tuhan atas nama kebebasan berekspresi. Apakah kebebasan berekspresi berarti menghina, terutama orang suci?," kata Khamenei dikutip dari France24.
"Bukankah tindakan bodoh ini merupakan penghinaan terhadap alasan orang-orang yang memilihnya?," lanjutnya.
Pernyataan Khamenei sejalan dengan sikap pemerintah Iran yang melontarkan kecaman dan kritik terhadap Macron serta gerakan anti-Islam di Prancis.
Presiden Iran, Hassan Rouhani mengeluarkan peringatan keras kepada Prancis. Dia mengatakan, sikap Macron dan gerakan anti-Islam berpotensi memicu kekerasan serta pertumpahan darah jika tidak segera dihentikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: