Pandemi Covid-19 Masih Tinggi, BPS: 82 Persen Tenaga Kerja Pendapatannya Menurun

Pandemi Covid-19 Masih Tinggi, BPS: 82 Persen Tenaga Kerja Pendapatannya Menurun

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sebanyak 82 persen tenaga kerja pendapatannya mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19. Data tersebut berdasarkan survei kepada 87 ribu tenaga kerja.

"Dari sisi perubahan pendapatan bahwa ada penurunan pendapatan sekitar lebih dari 82,85 persen," kata Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Nurma Midayanti, dalam video daring, kemarin (7/10).

Sementara sebanyak 15 persen tenaga kerja tidak mengalami perubahan pendapatan atau tetap. Kemudian sisanya sekitar 2,55 persen justru mengalami peningkatan.

"Kemudian 8 dari 10 perusahaan mengalami penurunan pendapatan. Dari sisi pendapatan perusahaan itu sekitar 8 dari 10 dengan UMK yang paling mengalami dampak penurunan pendapatan," ujarnya.

Di sisi lain, kebijakan perusahaan terhadap tenaga kerjanya, terjadi pengurangan jam kerja sebanyak 32,06 persen, dirumahkan tidak dibayar sebanyak 17,06 persen, dan diberhentikan dalam waktu singkat 12,83 persen.

Kemudian, perusahaan yang merumahkan tenaga kerjanya dibayar sebagian mencapai mencapai 6,46 persen dan dirumahkan dengan dibayar penuh mencapai 3,69 persen.

"Kalau dari sektor dicatat bahwa yang paling terdampak itu adalah sektor akomodasi dan makanan minum, jasa lainnya dan transportasi dan pergudangan. Itu dari hasil survei kami," ucapnya.

Country Manager Jobstreet Indonesia Faridah Lim mencatat, bahwa sebanyak 54 persen pekerja di Indonesia mengalami dampak signifikan akibat pandemi Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 35 persen diberhentikan secara permanen, dan 19 persen sisanya dirumahkan sementara.

"Itu adalah data yang kita dapatkan bahwa valid terjadinya pemutusan hubungan kerja dari dunia usaha pada dunia kerja," ujar dia,

Lanjut dia, pekerja yang paling terkena dampaknya dalam hal pemberhentian kerja permanen atau sementara yakni di sektor hospitality atau catering yang mencapai 85 persen. Kemudian diikuti oleh pariwisata dan travel yakni 82 persen.

Selanjutnya, industri pakaian, garmen, tekstil juga mengalami dampak besar terhadap pemberhentian pekerja atau sementara yakni hampir sebesar 71 persen. Juga industri makanan dan minuman ini juga terdampak cukup signifikan mencapai 69 persen, kemudian arsitektur bangunan 64 persen.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan dampak pandemi Covid-19 ini berkontribusi pada kenaikan angka kemiskinan. Selama delapan bulan pandemi berlangsung, menyebabkan jumlah kemiskinan di Indonesia bertambah. Selain itu, angka pengguran meningkat.

"Kalau kita lihat di Indonesia sendiri kemiskinan kita sudah meningkat yang tadi sudah mencapai di 9,4 persen. Sejarah Indonesia itu mungkin kemiskinan terendah, dan sekarang sudah kembali kepada 9,78 persen," ujarnya. (din/zul/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: